“Geni Dadi Sucining Jagat” itulah yang tertera pada wayang gunungan Kalijaga, yang berarti “Api menjadi penyuci dunia”, bersandingan dengan angka “1251” yang jika dibalik adalah tahun 1521 yang dinantikan Francisco Serrao.
Francisco Serrao belum sepenuhnya mengerti maknanya, yang pasti satu per satu berita besar mulai terdengar, dari rencana Portugis yang ingin melakukan perburuan terakhir terhadap Mahmud Syah, akhir dari sepak terjang Tome Pires di Tiongkok, kegelapan yang menyelimuti Ferdinand Magellan di Cebu, serta keadaan isteri dan anak Serrao sendiri di Pulau Timor.
Bercak hitam muncul pada wayang gunungan milik Francisco Serrao, seakan memberi tanda tentang gugurnya Pati Unus dalam pertempuran Malaka.
Wayang gunungan itu adalah buatan Kalijaga, yang dulu dirampas pasukan Majapahit lalu dihadiahkan pada Tome Pires, yang kemudian menyerahkannya pada Serrao sebagai kenang-kenangan sebelum Pires meninggalkan Nusantara. Ia percaya, kalau gunungan itu juga memiliki peringatan tentang tahun 1521.
Tak lama, bercak hitam pada wayang tersebut akan bertambah saat terjadi hal besar di Tanah Pasundan.
Tahun 1521, waktu yang selama ini dinanti-nanti Francisco Serrao telah tiba, pastilah ada hal besar yang akan ia saksikan.
Selagi pencarian terhadap Permasiuri Nukila masih berlanjut, selagi Ferdinand Magellan tenggelam dalam politik di Cebu (Filipina), di Malaka telah hadir armada perang raksasa milik Demak, dipimpin sendiri oleh Pati Unus, siap menghancurkan Portugis dan merebut Malaka bagi peta kuasa Jawa.
Ferdinand Magellan dan armada Spanyol telah bebas dari kuasa Samudera Pasifik, dan menemukan perairan yang terdapat banyak pulau di sana sini, maka dari satu daratan ke daratan lain, ia pun berusaha keras menemukan hilal dari Kepulauan Rempah.
Sementara di Maluku, meski dengan keadaan dalam tahanan rumah, Permaisuri Nukila yang cerdik tak hentinya memberi kejutan pada Francisco Serrao.
Episode ini terfokus pada pertemuan antara Francisco Serrao yang kini telah menjadi panglima Ternate, dengan rival utamanya, Al Mansur sang Sultan Tidore yang tengah membangun koloni di Papua.
Di kesempatan ini pula, kita akan dibawa menyusuri waktu, ke zaman di mana konfederasi 4 negara Maluku pertama kali terbentuk, dengan nama “Moluku Kie Raha”.
Episode ini akan menutup intermezzo panjang di Mexico, lalu dilanjutkan dengan kelanjutan nasib armada Ferdinand Magellan yang kini telah mulai mengarungi Samudera Pasifik.
Sementara di Maluku, setelah melakukan kebijakan kontroversial dengan menjadikan Permaisuri Nukila tahanan rumah, Francisco Serrao belum selesai dengan agenda panjangnya, yang kali ini mengarah pada musuh bebuyutannya, Sultan Al Mansur sang penguasa Tidore.
Kala Ferdinand Magellan berjibaku di Amerika Selatan demi menemukan jalur menuju Samudera Pasifik, ada hal besar lain yang terjadi pada waktu bersamaan di Amerika bagian tengah.
Episode ini akan menghadirkan intermezzo panjang mengisahkan sepak-terjang Hernan Cortes, yang penuh dengan tumpahan darah di Tanah Aztec.
Perang nampaknya tak terhindarkan antara Ambon Utara (Hitu), melawan Ambon Selatan (Leitimur) yang bersekutu dengan Portugis. Francisco Serrao harus memutar otak bagaimana menyelesaikan berbagai masalah, kalau perlu dengan mengambil langkah yang ekstrim sekalipun.
Sementara di Amerika Selatan, Ferdinand Magellan akhirnya menemukan selat penyambung dua samudera Atlantik-Pasifik, namun ia dan armada Spanyolnya dihadang kobaran api di sepanjang jalan, rintangan apa lagi yang menanti mereka?
Musim dingin telah berakhir di Argentina, saatnya Ferdinand Magellan melanjutkan perjalanan menuju Maluku, namun lalu timbul rasa enggan untuk meninggalkan dunia dongeng yang ia temukan sejak perkenalannya dengan Patagon sang raksasa.
Sementara di Maluku sendiri, pulau Ambon tengah membara dalam seteru antara Portugis dan Hitu, yang dalam babak barunya, kini melibatkan pribumi Ambon Selatan (Leitimur). Selain membuka mata tentang origin konflik agama di Ambon, kita akan dibawa pula ke dunia mitologi terciptanya umat manusia di Ambon.
Meski dihadang musim dingin nan ganas, ditambah pemberontakan oleh para petinggi armadanya, Ferdinand Magellan terus mencari jalan tembus ke Samudera Pasifik via Benua Amerika, semua demi mencapai kepulauan rempah yang legendaris; Maluku.
Seakan dunia nyata membaur dengan dunia khayali, Magellan bertemu dengan sesosok raksasa yang lalu dinamainya “Patagon”.
Ferdinand Magellan tidak juga menemukan jalur menembus Amerika menuju Maluku, mereka menyusuri benua tersebut makin jauh ke selatan hingga menemui musim dingin yang sangat ganas, sementara rencana pemberontakan telah merambati tiap kapal dalam armadanya.
Ini pula adalah akhir dari season 3, di mana Francisco Serrao tengah menantang Katarabumi dalam duel maut yang menentukan riwayatnya dalam kisah Maluku.
Demak yang habis-habisan menggalang daya demi menghajar Portugis, menganggap Fatahillah memberi angin segar di tengah kegersangan sosial-ekonomi pasca runtuhnya Majapahit, sementara Tun Fatimah menganggapnya sebagai salahsatu dalang pembantaian keluarganya di Malaka.
Sedangkan di tempat persembunyiannya, Francisco Serrao didatangi oleh Katarabumi dan pasukannya, di situ ia mengancam raja Wehali, bahwa jika ia tak menyerahkan Serrao, maka akan ada pertumpahan darah di Timor Selatan.
Di Demak, Pati Unus tengah mempersiapkan segala sumber daya yang tersisa untuk menyerang Portugis di Malaka, sementara itu hal kontras terjadi di Pulau Bintan, di mana Tun Fatimah sedang mempersiapkan pernikahan puterinya pada sultan Aru.
Kedua kegiatan itu akan bertambah heboh dengan berita pulangnya satu orang ke Nusantara dari perantaunnya di Turki, orang Malaka mengenalnya dengan nama Khoja Hassan, sementara kita mengenalnya dengan nama, Fatahillah.
Motif apa yang mendorong seorang sultan Aru ingin mengawini puteri Melayu dan menyudahi permusuhan abadi antar Batak dan Melayu?
Di episode ini pula akan dikisahkan sedikit tentang beban moril laksamana Nadim, anak Hang Jebat yang harus mati-matian melindungi sultan terakhir Malaka, demi menebus dosa ayahnya di masa lalu. Juga ekspansi Aceh yang makin hari, kekuatannya kian tak terbendung siapapun.
Kami akan mengisahkan apa yang terjadi di awal perjalanan Ferdinand Magellan mengelilingi dunia pada tahun 1519, dari mulai kasus sodomi di kapal, hingga pesta sex orgy ala Romawi di Brazil.
Sedangkan di Nusantara, Sultan Mahmud Syah yang gagal untuk kesekian kalinya menundukkan Portugis di Malaka, harus berhadapan pula dengan musuh lama Bangsa Melayu, yakni orang Batak Aru dengan sultannya yang bernama Husin.
Siapa sangka? Jalur pelayaran Ferdinand Magellan ternyata sejak awal telah bocor pada raja Portugal, dan ia mengerahkan pasukan untuk mencegat dan menangkapnya begitu mereka keluar dari Eropa.
Sementara di Tiongkok, Tome Pires tengah mendekati orang-orang berkuasa demi dimuluskan rencananya menghadap sang kaisar, dari pembicaraan antara dirinya dan seorang kasim istana, kita akan berkenalan sedikit dengan kaisar Zhengde, dan juga kisah tentang “8 Harimau”.
Memburu Francisco Serrao yang kini berada dalam lindungan penguasa Wehali di Timor Selatan, Nukila terpaksa berkomplot dengan Pangeran Zainal dari Pulau Bacan, juga Sangaji Katarabumi dari Jailolo.
Di waktu yang sama, Ferdinand Magellan memulai ekspedisinya mengelilingi dunia melalui jalur barat (Amerika) demi mencapai Maluku, sesuatu yang belum pernah dilakukan seorang manusiapun.
Untuk menghindari usaha pembunuhan selanjutnya dari permaisuri Nukila, Francisco Serrao terpaksa pindah ke Timor bagian selatan, yang konon masih dikuasai sepenuhnya oleh “setan”.
Di Spanyol, rencana Ferdinand Magellan untuk memenuhi ekspedisi Maluku dengan orang-orang Portugis, segera ditentang oleh Raja Charles. Sedangkan di Tiongkok, Tome Pires merasa justru hambatan terbesar yang ia hadapi dalam diplomasi adalah perilaku seenaknya dari sesama Portugis sendiri.
Restu raja Spanyol ternyata bak pisau bermata dua bagi Ferdinand Magellan, karena bahaya sabotase mulai pula tercium, dari raja Portugal yang memandangnya sebagai pengkhianat, juga orang Spanyol yang tak rela misi sebesar itu dipimpin seorang Portugis.
Sementara itu di Pulau Timor, Francisco Serrao dan isterinya menghadapi usaha pembunuhan, ternyata pengasingan diri mereka bukanlah akhir dari intrik di Maluku.
Tome Pires tak berdaya di hadapan mulut naga, laju armadanya mandek di Hong Kong, entah bagaimana caranya memasuki Tiongkok bagian dalam. Sementara di Spanyol, Ferdinand Magellan akhirnya mendapat restu dari Raja Charles untuk berlayar menuju Maluku melewati jalur barat (Amerika)