“Semesta itu adil. Pun jika belum masuk akal hari ini, lusa atau entah hari apa. Keadilan semesta akan datang, mengetuk pintu rumah kita, dengan membawa hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan, sebelumya”
Semesta membuat racikan takdir yang berbeda-beda, pada tiap-tiap manusia.
Pengisi Suara : Caca
Penulis : Waras Hati
Di Hari Raya, aku lebih memilih untuk berziarah rindu di hadapan kaleng kudapan kesukaan seseorang yang kini tak lagi bisa ku sentuh dan lihat.
Aku lebih memilih menebar bunga di tempat-tempat yang dulunya ada ceritaku dengannya.
Di kursi kayu tempat aku duduk dengannya, mau pun di ruang-ruang yang masih penuh aroma keberadaannya.
Suara: Tuan
Penulis: Waras Hati
Eps 21 - Perlawanan Terhadap Diri Sendiri
Nanti, setelah kau lelah menghadapi perlawan hidup yang kau buat sendiri. Sempatkan untuk menemui dirimu sendiri, dan dengar apa yang dia katakan.
Aku sudah pernah membuat rencana ku sendiri. Didalamnya terdapat kata lawan yang begitu banyak.
Apapun yang aku tidak suka, ku lawan.
Apapun yang aku inginkan, Aku akan persiapkan perlawanan untuk mendapatkannya.
Hampir semua hal, sudah pernah aku lawan.
Pengisi Suara: Tuan
Penulis: Waras Hati
Eps 20 - Cerita Sahur
Tuhan, pagi ini rasanya sangat berbeda. Entah aku harus menyambut bulan baik ini dengan perasaan yang seperti apa?
Bahagia kah? Senang kah? atau lagi-lagi harus ku awali dengan sebuah tangis dan ingatan yang terluka.
Entah, makanan macam apa yang harus aku santap. sementara semua makanan rasanya sangat hambar di pandanganku.
Bukankah, sahur harusnya dilewati dengan penuh kegembiraan dan kesyukuran.
Tapi, satu-satunya kegembiraan dan kesyukuran yang aku miliki, adalah kenangan terakhir sahur di ruang tengah dengan keluarga yang utuh. dan ruang, telah mencuri itu.
Bukankah, sahur harusnya dilewati dengan makan secukupnya.
Tapi, satu-satunya rasa cukup yang aku miliki, adalah kenangan terakhir saat menemani Ibu yang terburu-buru memasak hidangan sahur, sembari menunggu Ayah membangungkan adik-adikku serta mendengar celoteh adik-adikku yang kebingungan memilih mana makanan yang akan disantap terlebih dahulu. dan waktu, juga sudah mencuri itu.
Tuhan, bukankah bulan baik tidak hanya berbaik hati pada kebaikan. Juga pada ingatan baik seorang anak yang sedang menahan rindu sesak di dadanya.
Tuhan, bukankah bulan baik tidak hanya berbaik hati pada kebaikan.Bukan pada rasa sakit seorang anak yang tak bisa menikmati sahur pertama dengan keluarganya.
Tuhan, bukankah bulan baik tidak hanya berbaik hati pada kebaikan. Bukan pada hati kecil seorang ibu atau ayah yang takut bila saat sahur hari ini tak cukup makanan untuk di makan.
Bukan aku ingin berkeluh, aku mensyukuri segala nikmatmu. Aku menerimanya, bagaimana pun aku sadar semua cerita sahur itu telah berakhir. kita hanya bisa menerimanya, dan berharap ada kabar baik yang sempat tertunda bisa datang tepat waktu di bulan baik ini.
Pesanku, untuk siapapun yang punya cerita sahur dengan keluarga yang utuh. pun hanya dengan segelas air putih dan dengan tiga potong telur kecil, bersyukurlah.
Terimalah dengan kelapangan dadamu seluas-luasnya. karena itu jauh lebih dari manis dan jauh lebih dari cukup.
Pengisi Suara: Suara Tuan
Penulis: Suara Tuan
Eps 19 - Ilalang dan Kegelapan
Menghinjau, ibarat ilalang di padang rumput
rinduku telah tumbuh subur
tak bertuan namun terus tersirami
kefanaan macam apa yang sedang kurawat
ilalang dan kegelapan
rinduku terus hadir saat sunyi gelap malam menjemput
hening dan suara jangkrik
adalah harmoni di antara tangis dan doa
bukankah ditinggalkan harusnya telah menjadi kerelaan bagi hati
mengiringi yang pergi dengan berjuta rasa berbalut duka
aku telah banyak menjumpai kehilangan
tetapi kerelaanku terhadapmu
menjadikan itu seperti kemalangan bagiku
yang tiada mengenal waktu hanya untuk meratapi luka dan kecewa
tentang pergimu tanpa wujud maaf
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan
Eps 18 - Buku Harian Rindu
Semua yang tak lagi bisa aku lihat, sentuh dan dengar. Semuanya bersekongkol untuk membuat buku harian rindu, untukmu. Jika sempat serta mampu kau jangkau, bacalah.
Di dadaku. Rindu serupa anak semata wayang yang rapuh. Terlahir dari keluarga sederhana, yang sedang berada diujung tanduk. Ayahny bernama waktu, dan Ibunya bernama ingatan.
“Rindu, jika Ayah dan Ibu bercerai, kamu mau ikut siapa?”
“Bolehkah aku hidup di dalam buku harianku sendiri, tanpa harus memilih salah satu dari kalian?” kata rindu
Memilih Ayah dan Ibu, ingatan dan waktu. Memanglah tidak mudah bagi rindu.
Jika memilih waktu, itu artinya rindu harus merelakan ingatan tentangnya terhapus perlahan-lahan dan digantikan oleh ingatan yang baru. Sedangkan jika memilih ingatan, itu artinya rindu harus memperpanjang usia penyesalan, kesedihan dan kehampaan yang menghuni relung-relung hatinya.
Karena melupakan dan terlupakan. Bagiku sama-sama mengerikan. Oleh karena itu, aku memilih hidup abadi dalam buku harianku sendiri. Kata rindu.
Rupanya, tekat rindu sudah bulat. hari demi hari rindu memungut cerita masa lalunya dengan sabar. kemudian satu persatu dituliskan dalam buku hariannya. mulai dari cerita pertemuan yang tidak pernah terduga, hingga cerita tentang perpisahan yang sebenarnya tidak pernah direncanakan. semua tersusun rapi, lengkap serta tanpa ada yang terlewatkan satupun.
Memangnya apa yang mau kamu coba buktikan dengan pilihan itu?
Entahlah, mungkin suatu saat nanti. Entah kapan.
Ketika hatinya dihantui penyesalan dan pikirannya merasa tersesat tidak tau arah jalan untuk pulang ke tempat yang seharusnya dia tempati. aku yakin, buku harian rindu ini bisa sedikit membantu ingatannya. Itu saja, semoga.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Waras Hati
Eps 17 - Cerita Berbuka
Tuhan, semoga di bulan baik ini semua kabar baik yang sempat tertunda, tersampaikan tepat waktu.
Kau bilang, berbukalah dengan yang manis.
Tapi, satu-satunya rasa manis yang aku miliki, adalah kenangan terakhir berbuka di ruang tengah dengan keluarga yang utuh. dan ruang, telah mencuri itu.
Kau bilang, berbukalah secukupnya.
Tapi, satu-satunya rasa cukup yang aku miliki, adalah kenangan terakhir saat menemani ibu memasak hidangan berbuka, sembari menunggu ayah pulang dari kerja, serta mendengar celoteh adik-adikku yang kebingungan memilih mana makanan yang akan disantap terlebih dahulu. dan waktu, juga sudah mencuri itu.
Percayalah Bulan baik, hanya berbaik hati pada kebaikan. Bukan pada ingatan baik seorang anak yang sedang memikul jarak dipundaknya.
Percayalah bulan baik, hanya berbaik hati pada kebaikan. Bukan pada hati kecil seorang ibu atau ayah yang takut tidak bisa memberikan hidangan yang layak di meja makan untuk anak-anaknya yang kelaparan.
Tapi, apa boleh buat. bagaimanapun semua cerita berbuka itu berakhir. kita hanya bisa menerimanya, dan berharap ada kabar baik yang sempat tertunda bisa datang tepat waktu.
Pesanku, untuk siapapun yang punya cerita berbuka dengan keluarga yang utuh. pun hanya dengan segelas air putih dan dengan tiga biji kurma murahan, bersyukurlah.
Terimalah dengan kelapangan dadamu seluas-luasnya. karena itu jauh lebih dari manis dan jauh lebih dari cukup.
Pengisi Suara: Tuan
Penulis: Waras Hati
Eps 16 - Tanah Rantau
Bertahun-tahun sudah daku di tanah rantau, kampung halaman nan jauh terkenang dalam ingatan. Sanak saudara saling bergilir, lirih memanggil pulang, namun tak satu jua yang menggerakkan hati untuk lekas pulang menebus rindu.
Demikian, ada hal-hal yang membuat ku enggan untuk pulang menjumpai tanah lahir ku, tanah leluhur ku. Maafkan daku, jiwa ku terlalu nyaman di tanah rantau ini, meski hati tak sebaik yang di kira.
Maafkan daku, yang masih terus berusaha menemukan jati diri ku di tanah rantau ku. Siang malam tiada habis daku termenung, siang malam tiada habis daku bercerita pada diri sendiri.
Daku hanya berharap menemukan diri ku sendiri di sini, telah lama sudah rasanya daku kehilangan diri ku sendiri. oleh sebab banyak hal yang datangnya tiada sama sekali terduga.
Paduka raja di kampung halaman, sanak saudara yang rindunya pada daku tak lagi terbendung. untuk semua yang telah pulang ke tempat di mana seharusnya semua manusia akhirnya berada. maafkan daku, maafkan daku, tak pernah menemui rindu mu, tak pernah memberi mu kabar tentang keadaan daku di sini.
Aku baik-baik saja, terus berusaha demikian, meski kaki rasanya tertatih-tatih melangkah. meski raga rasanya sangat letih, meski hati rasanya sudah tak utuh lagi. kelak aku pasti akan kembali, menemui semua hal yang membuat ku selalu merasa damai. doakan daku di sini, tanah rantau. menemukan apa yang harusnya kutemukan sebagai manusia.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan
Eps 15 - Lelaki itu Bapak Namanya
Lelaki itu Bapak namanya, yang paling merasa khawatir saat menantikan kelahiran anaknya.
Lelaki itu Bapak namanya, yang paling bahagia saat melihat anaknya berhasil menggapai tujuannya.
Lelaki itu Bapak namanya, yang paling bersedih saat mengetahui hal buruk tengah menimpa anaknya.
Lelaki itu, Bapak namanya, yang diam-diam selalu menanyakan segala hal tentang anaknya pada Ibu.
Lelaki itu, Bapak namanya, yang paling sibuk saat menjelang pernikahan anaknya meski akhirnya paling dilupakan setelahnya.
Lelaki itu, Bapak namanya, yang paling menangis saat menyaksikan anaknya mengucapkan akad nikah sebab merasa sangat bersalah karena merasa belum mampu berikan apa-apa.
Lelaki itu Bapak namanya, yang dalam diamnya hanya berisi doa untuk kebaikan hidup anak-anaknya.
Lelaki itu Bapak namanya, yang meski tubuhnya renta dan lelah di hajar keras dunia, namun tak sekali pun ia berujar keluh.
Lelaki itu Bapak namanya, yang peluhnya jarang kita hargai tapi cintanya tak pernah pudar untuk anaknya.
Lelaki itu Bapak namanya, yang sikap tegas selalu kita anggap kekejaman.
Lelaki itu Bapak namanya, yang tak pernah berkata tapi hatinya luka oleh sebab kita tak pernah punya waktu untuk sekadar berbincang dengannya.
Lelaki itu Bapak namanya, yang kerap berucap, maafkanlah bapakmu nak, jikalau ada yang kurang dariku.
Lelaki itu Bapak namanya, yang diamnya doa, keringat doa, lelahnya doa, bahkan kematiannya doa.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan
Eps 11 - Lautan Isyarat Hati
Dalam ruang persembunyian ku, aku mengaku bahwa ada deburan rasa yang diam-diam meluap seperti lautan biru.
Hadir di antara matahari pagi yang menghangatkan jiwa.
Matamu yang indah, telah melahirkan gemercak kagum dalam dada yang haru saat memandangmu teduh.
Apakah kau merasakannya, tentang isyarat yang datang membawa jutaan harapan, menerjang berusaha memecah karang-karang hatimu.
Kapal yang ku namai cinta itu telah berlayar di samudera hatimu, membawa isyarat bahwa ia telah siap menerjang segala badai yang ada di dalamnya. Bahkan bila itu tentang patah dan tumbang, sekali pun hilangmu nanti berujung kabung segala pilu.
Sebab aku takan pernah lari, dari sebuah rasa yang telah aku akui dengan susah payah yang setengah yakin campur banyak ragu. Dan kau jangan lari, seperti senja yang hanya menyisahkan bias jingga termakan gelap.
Oleh karena kapal cinta ku hanya ingin tuk berlabuh, untuk menetap, bukan sekadar lekat untuk sekadar menusuk.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan
Eps 13 - Bolehkah Aku Merayu-Mu Lagi Tuhan
Tuhan, setelah perginya bolehkah aku merayumu lagi? Seperti saat dulu pertama kali aku memintanya lewat doa mesra penuh yakin.
Tuhan, setelah tiadanya, bolehkah aku merayumu lagi, seperti saat dulu yang siang malam tiada henti menyebut namanya untuk kau sandingkan dengan ku yang tak punya apa-apa ini.
Tuhan, semoga kau tidak mencemburuinya sebab dikataku hanya namanya yang selalu ku semogakan. Sebuah rasa yang kini sedang bertahta di hati, letupan gejolak yang kian tak mampu kututupi.
Tuhan, setelah perginya kini siang malam tiada henti aku meratap diri. Padahal aku selalu percaya, yang kau tuliskan untukku akan selalu kembali padaku. Tetapi bagaimana bila yang ku tuliskan itu, bukan dia? Maka bolehkah aku bersimpuh lalu bersujud di kakimu seraya meminta agar ia saja yang menjadi takdirku.
Tuhan, tiada cinta yang lebih besar selain Cinta Mu pada hamba-hambamu, dan tiada cinta yang lebih agung selain mencintaimu.
Tuhan, meski syukur sering kali luput dari alam sadarku tak sedikit pun Engkau merasa rugi atas segala pemberian-Mu
itulah yang aku suka dari Tuhanku, betapa diri-Nya sangat Pemurah selalu dan terus begitu, memberi tanpa kasih yang memilah.
Dan kali ini aku ingin merayumu lagi Tuhan, ku mohon, kembalikan ia padaku.
Pengisi Suara: Tuan
Penulis: Tuan
Eps 12 - Bila Pada Kemudian Hari
Ketika hari hampir habis dan doa hanya menjadi ritus ala kadarnya, sementara daun-daun tak sedikit pun menebak ke mana angin akan meniupnya. sama seperti kita manusia, yang teramat kecil dihadapan rahasia. yang tak sedikit pun berkuasa atas jatuh bangun kita.
sama seperti tuan dan puan yang tak pernah benar-benar berkuasa atas perasaan yang telah susah payah kalian perjuangkan namun kalah oleh ego.
Tapi ingatlah ini.
Bila pada kemudian hari bukan dia yang kau temui, dan itu membuatmu sedih. maka ingatlah, seseorang pernah begitu bahagia saat kikuk jumpa pertama denganmu.
Bila pada kemudian hari tak lagi kau dapati seseorang berdiri memaku di depan pintu ruangan sebuah rumah sakit yang di dalam adalah kau, maka ingatlah. seseorang pernah begitu khawatir bercampur cemas akan keadaanmu.
Bila pada kemudian hari tak lagi kau dapati hal-hal aneh dari seseorang yang memang aneh, maka ingatlah, seseorang pernah selalu rela melakukan apa saja demi membuatmu selalu senang,
Bila pada kemudian hari tiada lagi yang kau tunggu sebab seseorang yang bukan aku telah membuatmu merasa utuh, maka ingatlah. telah ku relakan kita sebagai singgahmu yang tak dapat ku sanggah.
Bila pada kemudian hari rindu menghujam tanpa ampun. aka ingatlah seseorang pernah selalu ada untukmu meski tak pernah kau hargai keberedaannya.
Kepergiaanya, bukan karena tak lagi mencintaimu. tetapi karena ia akhirnya sadar, sudah terlalu banyak pelik yang kau dapati dari peluhnya yang hening, sudah terlalu lelah sabarmu untuk diam, dari perjuangannya yang sunyi. mungkin, dengan perginya jauh akan lebih baik untuk hidupmu.
Entah sudah berapa ribu doa yang ia panjatkan, tapi ia tak pernah merasa itu sia-sia. sebab, sedikit banyaknya, ia selalu ada untukmu. dan ia selalu percaya, doanya agar Tuhan selalu menjagamu dan membuatmu bahagia telah diijabah.
Semoga tak ada lagi yang membuatmu gusar, semoga hanya ada damai dan ketenangan. terima kasih telah bersedia mengenalnya di antara banyak kemungkinan yang lebih baik untukmu.
Kini, sudah waktunya berkemas, menghimpun angan seraya bergegas. salam kenang hanya sesaat, semak hati dipurnama. mungkin, hadir tergesah-gesah, dengan santun selamat tinggal.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan
Eps 11 - Teruntuk
Kepada siapapun, yang berhasil merebut hatinya. aku ingin menitipkan pesan, soal beberapa aturan yang semoga bisa membantumu. Agar kelak kau tidak mengulangi kesalahan yang sama sepertiku.
Ketahuilah, ia adalah perempuan yang sangat luar biasa, tangguh, gigih, mandiri, lembut, penyayang, dan segala hal-hal baik yang luar biasa ada padanya.
Betapa kau sangat beruntung, menjadi satu-satunya di antara banyaknya pilihan yang lebih baik untuk hidupnya. Dan kini, aku ingin memberimu beberapa aturan, yang akan membuatnya selalu mencintaimu.
Pertama, jangan memintanya untuk fenimin. Kedua, jangan biarkan ia meneguk segelas kopi, sebab ia akan berada di rumah sakit semalaman, ketiga, saat bersamanya pesankanlah ia coklat atau seporsi terang bulan kesukaannya. keempat, jika ia sedang marah bujuklah ia dengan memberinya pujian lelucon, kelima, bila ia sedang sibuk maka berilah waktu untuknya menyelesaikan rutinitasnya yang melelahkan itu. keenam, jangan pernah mengumbar hubungan kalian pada siapapun, bila tak ingin ia murka. ketujuh, apapun kabar yang kau dengar tentangnya, tanyakanlah padanya jangan pada orang lain.
kedelepan, kelak, ia akan menelponmu berjam-jam di tengah malam buta hanya untuk meluapkan semua pedihnya, maka sabarlah mendengarnya menangis agar hatinya merasa legah. kesembilan, berilah kepercayaan, dan sesekali berucaplah bila kau sedang cemburu. kesepuluh, dan apa bila dia berkata, "Mati mohon mati dong mati" maka jangan menganggap itu serius, sebab kalian akan semakin lebih baik.
Kesebelas, ia tak pernah meminta apa-apa padamu, tetapi saat ia membutuhkan sesuatu tolong berikan semuanya yang kamu punya. dua belas jagalah ia seperti kau menjaga dirimu, dan berilah pujian saat ia menunjukkan suara indahnya. dan terakhir, ia suka menulis maka berilah ia dukungan.
Kelak bila sakitnya kambuh, datanglah tepat waktu di rumah sakit, lalu berdirilah disampingnya agar ia merasa tenang atau berdirilah di depan pintu ruangannya. Jangan mengekangnya, berikanlah ia kebebasan. Jangan membentaknya, jawablah ia dengan lembut. sebab, karenanya, kau akan merasakan seutuh-utuhnya mencintai dan dicintai.
Dan yang paling penting, tetaplah memperjuangkannya, meski ia terus saja menolakmu. Dan temuilah orangtuanya secepatnya, sebab ia tengah menunggumu.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan
Eps 10 - Di Kota ini
Di kota ini, pada awalnya kita hanya sama-sama saling menggantungkan nasib, untuk sebuah kehidupan yang kita percayai akan lebih baik dari kota kelahiran kita.
Bekerja dari pagi hingga menjelang pagi lagi, bergelut dengan kesibukan. Bersua dengan puluhan hingga ratusan manusia setiap harinya, menjadi bagian dari perjalanan kita menempuh harap.
Hingga pada akhirnya, Tuhan mulai menjalankan takdir yang telah ia tulis untuk kita. tentang pertemuan dan perkenalan. saling memberi energi pengharapan, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh.
Waktu berlalu, nasib terus di adu di kota yang kecil ini. sedikit keras dengan banyaknya dominasi manusia-manusia hebat lainnya. Padamu, apa yang kusebut sebagai cinta tak lebih tegar dari setetes embun yang berhastrat meretaki bebatuan, tak lebih khusyuk dari doa-doa yang kuisyaratkan dalam munajat-munajat hening pengharapan.
Dan oleh sebab kita manusia, hati kita bereaksi untuk saling menerima, berharap jatuh cinta hingga Tuhan Meridhoi semua proses ini dan berbuah akad di hadapan penghulu.
Tapi ternyata kenyataan berbeda, sumpah bersama yang terucap justru berbuah kepahitan. patah hati, juga tangis mewarnai perjalan hidup kita di kota ini.
Pada akhirnya kau memilih pergi meninggalkan kota ini, bersama dengan ku yang juga pada akhirnya seperti kehilangan harapan tentang masa depan indah yang sudah terancang dalam kepalaku sejak kikuk jumpa pertamamu denganku.
Ternyata, kita manusia hanya bisa berencana. melibatkan Tuhan di dalamnya, sembari berharap semestanya merestui. rupanya, kita gagal saling menguatkan hati, dalam perjuangan menempuh harap dan duri penghidupan.
Pada akhirnya, ternyata kau hanyalah singgah yang tak dapat ku sanggah.
Pengisi Suara: Tuan
Penulis: Tuan
Eps 09 - Perempuan Ku
Apa kabar? Ku harap baik-baik saja.
Aku juga, sama baik.
Sekarang kamu sama siapa? Pacar? Mantan? gebetan? Atau sama suamimu?
Aku sedang duduk di halaman rumah, menikmati sebatang rokok ditemani secangkir kopi hitam hangat. Yang kelak diseduhkan tanganmu.
Perempuan ku, berdamaikan kau dengan Tuhan? Atau masih mencari alasan dan waktu yang tepat untuk berdamai?
Aku pun sama, masih mencoba dan terus berusaha.
Adakah baik agamamu atau belum, aku tak mengapa. Bila kelak saat bertemu, kita belum baik, mari belajar bersama.
Aku percaya, setiap manusia punya celah untuk salah. Jadi jangan malu, kita saling memperbaiki.
Perempuan ku, masih kah kau menjaga sucimu? Atau pernah ternoda? Halal haram hubungan lalumu, jelas bukan hak ku untuk tahu itu.
Hanya saja, bila kesucian gagal kau jaga, sangat tak apa. Selama kau mampu mencintai ku seutuhnya, sungguh tak apa.
Tiap manusia memiliki titik tersalah, di dalam hidupnya. Aku juga, kamu juga.
Harusnya cinta mampu menerima bukan? Dan aku yakin, hati tak ada bekasnya, selalu murni, tak terpengaruh hal-hal ragawi.
Sebagai laki-laki, tentu aku ingin utuhmu lahir batin. Tapi aku sadar, aku pun tak utuh, tak sebaik itu.
Dan sebagai manusia, aku ingin diterima selapang aku menerima. Mencintai seikhlas aku mencintai.
Perempuan ku, adakah aku pantas untukmu atau tidak? Aku tak pernah tahu.
Banyak lubang yang ku lalui saat mencarimu, banyak luka yang ku dapati saat menujumu.
Kini, aku tengah membenahi, menempuh perjalanan menghapus luka, dan memantaskan diri untuk bisa kau miliki.
Adakah kau sama dengan ku? Ku harap tidak, pun jika memang kamu juga tengah menempuh perjalanan yang sama, tak apa.
Semoga kau menemukan tujuan mu. Dan bila waktunya tiba, aku ingin kita saling menyembuhkan dan mengubur dalam-dalam semua hal pahit yang sudah kita dapati dalam perjalanan untuk saling menemukan.
Semoga tepat waktu.
Pengisi suara : Tuan
Penulis: Tuan
Eps 14 - Setelah Seberjuang Itu
Melelahkan yah, berjuang seorang diri.
Kita pernah seberjuang itu, untuk seseorang yang kita sebut cinta. Memberikan segala hal yang kita punya. Tak terhitung rasanya. Tapi jangan sesali, setidaknya kita telah berjuang hebat.
Rasanya melelahkan, peduli pada orang yang bahkan tak pernah mau tahu tentangmu
Rasanya menyakitkan, berjuang untuk seseorang yang bahkan tak pernah menganggapmu ada
Rasanya menyesakkan, menyayangi seseorang yang bahkan hatinya tidak pernah untukmu
Rasanya menyebalkan, selalu ada untuk seseorang yang bahkan acuh padamu
Rasanya menyedihkan, selalu berusaha menjadi pelangi untuk seseorang yang bahkan buta warna.
Dan lalu, rela itu akhirnya berlari-lari kuat, membiarkan tubuh terpukul sakit menabrak rintangan. Jatuh-jatuh berkali-kali tersandung batu-batu, tapi bangkit lagi lalu lari lagi. Kuat-kuat lagi. Terpukul lagi. Jatuh lagi. Lalu tiba di sana dan ternyata yang kau kejar diberikan kepada yang lain.
Tapi tenang saja, suatu saat bila waktunya telah tiba akan datang seseorang yang akan menemanimu berjuang, menerimamu selapang kau menerima, dan mencintaimu seikhlas kau mencintai.
Setiap manusia, sudah memiliki takdirnya masing-masing. Tugas kita hanya tenang, bahwa rela itu, tak mendapatkan tapi tetap tersenyum tenang, percaya tenang, ikhlas tenang. Walau kau sudah seberjuang itu.
Setelah sedihmu hari ini, akan menjadi syukur suatu saat nanti, di waktu yang tepat pada orang yang tepat.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis: Tuan
Eps 07 - Penyair
Penyair tidak pernah benar-benar mabuk. Kecuali dalam puisinya sendiri. Kesepian juga bukan kesedihan. Jangan lupa terbangkan balon keberuntunganmu hari ini”
Perihal di antara kita, kau atau aku yang lebih dulu terbuai luka, tenggelam dalam bahagia, kita pernah menertawakannya beberapa tahun lalu.
Kehidupan memang seperti parafin tersulut sumbu. Suatu saat ada yang menangis karena perpisahan, ada yang tak bisa berkata tapi hatinya luka. Ada yang bibirnya gemetar ketika menyebut nama seseorang dalam doa panjang. Ada yang melepas dengan rela, ada yang setia menyendiri dengan kenangan hampa.
Bagiku, sair bukan hanya kumpulan kata kata. Tetapi sebuah ungkapan hati dalam jiwa yang meronta dalam kesepian. Aku memang telah jatuh hati padamu, tetapi termentalkan.
Bagaimana bisa kau jatuh hati pada kesepianku? Sedang dadamu adalah kota yang sangat ramai. Sepanjang jalan, lampu dan bunga berjejeran, betapa riuhnya para kembara yang tiba.
Barangkali, kesepianku itu seperti pohon mati yang diceritakan seorang pujangga dari pulau jauh. Atau sungai-sungai layu, seolah mataku yang basah oleh tempias hujan dari jendela kayu.
Puisi adalah pintu. Seperti cinta. Seseorang yang menulis puisi untuk cinta, membuka pintu agar yang dicinta masuk.
Aku tak pernah benar-benar jatuh cinta, kecuali pada seseorang yang matanya pernah kuceritakan padamu seperti bening kelereng. Dia sudah pergi, lama, kau tahu? Kulepas tanpa air mata.
Sama seperti pergimu, aku melihat orang orang menulis kesedihan, air mata, seolah mengenangmu terasa begitu perih.
Kehilangan selalu seperti itu, sejak dulu. Kita lahir pun orang-orang menangis haru, kemudian kita pulang dan berkabung segala pilu. Tapi hari ini aku tak ingin menangis untukmu.
Aku hanya tak tahu bagaimana menikmati semangkuk sup yang sedikit berlemak ini, pada sebuah malam minggu dari mata ku yang sembab
Pengisi Suara : Tuan
Penulis: Tuan
Eps 06- Topeng untuk Hari Esok
Di lemariku, selain berisi baju, aku juga menyimpan ratusan topeng yang tertumpuk rapi. Saling siap secara bergiliran menantiku setiap pagi, sebelum aku berangkat pergi.
Di hari apa, pada tanggal berapa dan di tahun berapa. Manusia pada akhirnya sudah boleh bepergian keluar dari kamarnya tanpa membawa turut serta topeng-topengnya. Pertanyaan itu selalu muncul setiap malam sebelum mata ini terpejam.
Dulu bapak pernah berkata.
“Nak manusia tidak hanya terlahir dengan pikiran dan perasaan. Namun juga dibelaki dengan koper besar berisi penuh topeng-topeng bayangan. Memangnya apa gunanya topeng itu pak? Tanyaku polos. “Untuk menyelamatkan sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh manusia lain” jawabnya.
Kemudian, beberapa hari ini aku benar-benar baru menelan perkataan bapak. Dalam satu suapan dan tanpa aku kunyah sedikit pun.
Satu untuk teman-temannya, satu untuk sanak saudara yang tidak sengaja bertemu di jalan. Satu untuk orang-orang asing, satu untuk bos di kantor, dan terkadang satu untuk kekasih hati.
“Lalu di mana yang asli?”
Yang asli tersimpan rapat untuk diri sendiri, dan Tuhan sesekali.
Bukankah sangat ironis? Tadinya. Hingga semua sudah menjadi kewajaaran, demi ini dan itu.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis: Waras Hati
Eps 05 - Para Pencari Makna
Teruntuk tuan dan puan, pencari makna kehidupan. Pulanglah, pencarianmu tidak berujung. Karena hidup adalah perihal perjalan dan pencarian makna.
Setiap hari ku persiapkan sepatu kesayanganku. Lengkap dengan kaos kaki yang berwarna senada dengan baju dan celanaku. Tak lupa juga, ku bawa turut serta doa dan pesan orangtua ku di dalam ransel sebagai bekal agar aku tidak kelaparan di tengah jalan.
Karena hidup adalah perihal perjalanan dan pencarian makna. Oleh karena itu aku berjalan dan mencari. Dari cinta satu ke cinta lainnya, dari ragu satu ke ragu lainnya, dari mimpi satu ke mimpi lainnya, dari luka satu ke luka lainnya, dari gagal satu ke gagal lainnya, dari bangkit satu ke bangkit lainnya, dari cerita hari ini ke cerita hari berikutnya. Berharap menemukan. Berharap ditemukan.
Kabar baiknya, beberapa masih mencari. Beberapa ada yang sudah menemukan. Bahkan beberapa yang sudah menemukan, sudah merasakan kehilangan. Kabar buruknya, beberapa yang sudah merasakan kehilangan, memutuskan untuk melakukan pencarian lagi dan menempuh perjalanan lagi.
Lantas, di mana ujung perjalanan dan pencarian ini?
Jangan tanyakan pertanyaan itu kepadaku. Karena aku hanyalah korban dari perjalanan dan pencarian makna hidup yang tak pernah benar-benar disepakati garis akhirnya.
Ya sudah. Kalau begitu, lanjutkan perjalanan dan pencarianmu. Tapi yang perlu kamu ingat, ingat baik-baik jalan pulang.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Waras Hati
Eps 04 - Bertahan
Terkadang kita kuat karena dipaksa keadaan, kita ikhlas karena dipaksa kenyataan. Tidak apa-apa, untuk menjadi baik memang sesekali perlu dipaksakan.
Tapi yakinlah, ada sesuatu yang menanti setelah banyak kesabaran yang akan membuatmu terpana hingga membuatmu lupa betapa perihnya rasa sakit.
Aku tahu, itu sangat berat. Kita dihajar habis-habisan, di tempa bertubi-tubi, jatuh, bangun. Semoga ini menjadikan kita kuat, semoga ini menjadi pelajaran berharga buat kita.
Kita ditempa karena kita adalah manusia pilihan, yang dipercaya Tuhan mampu untuk melalui semua tempaan ini. Semoga ini menjadikan kita luar biasa.
Seperti halnya keris, yang ditempa dan dipilih dari besi pilihan yang oleh karena tempaannya lah, ia terbentuk dengan begitu sangat indah.
Aku paham, kata menyerah selalu saja datang menghantui sebagai opsi terakhir. Setelah tubuh rasanya sudah sangat kelelahan, hati tak mampu lagi menahan kecewa, dan sepi terus saja datang menemani.
Tapi menyerah bukan jalan keluar, menyerah hanya akan membuatmu semakin hancur. Percaya deh.
Pun kalau kau ingin menanigs, menangislah, sebisa dan semampumu. Tumpahkan semua rasa sakitmu, barang kali dengan begitu bisa membuat hatimu sedikit lebih legah.
Terakhir cuma mau nitip ini, bertahan yah, meski langkahmu terasa semakin berat, sedikit lagi sampai kok. Kita hanya perlu bertahan sekuat mungkin, dan terus percaya, setelah ini kita akan menjadi sangat luar biasa. Teruslah berjuang, sebab semua orang juga sedang berjuang untuk hidupnya.
Pengisi Suara : Tuan
Penulis : Tuan