Hubungan orang tua dan anak adalah lahiriah, cocok tidak cocok, suka tidak suka, kita semua pernah mengalaminya, baik sebagai anak atau orang tua. Dalam komunikasi, kita menjumpai pola kepribadian orang tua atau anak yang berbeda latarbelakang dan pengalaman dengan kita, dan mereka membawa preferensi masing-masing, hingga sulit mencapai titik harmonis, akibatnya keduanya menemukan jalan buntu dan lebih dari itu, potensi konflik menjadi sangat besar.
Gak nyambung.... jika kalimat ini terdengar familiar, ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi. Salah paham terjadi karena terjadinya gagal paham yang salah satu penyebabnya adalah perbedaan level emosi dan level rasional yang terlalu jauh. Jenis komunikasi seperti ini dinamakan komunikasi silang, mari kita sama-sama menelusuri apa yang dimaksudkan.
Banyak orang mengaitkan pelaku kreatif dengan perilaku aneh dan nyentrik, entah ini stigma, kebetulan atau memang ada hubungannya. Sikap yang ceria, tanpa beban, merdeka, spontan ini memang mencerminkan pola kepribadian kanak-kanak, dan secara kebetulan perilaku yang sama juga dimiliki oleh para seniman yang bergulat dala m industri kretif. Terlepas dari kebetulan itu, mari kita renungkan bersama perilaku komunikasi pada egostae child.
Komunikasi yang baik adalah jika tercapai penyelesaian secara obyektif, apakah itu mungkin? Ya.. tentunya, terutama jika kita mengenali cara komunikasi yang efektif. Mari kita telusuri jenis transaksi komunikasi antar pola kepribadian dewasa ini, barang kali ini dapat menjadi acuan untuk tujuan tersebut.
Pernah kita mendengar istilah debat kusir, yaitu satu sama lain merasa paling benar dan satu sama lain ingin menguasai komunikasi. Sungguh debat yang kontra produktif dan negatif. Mengapa bisa terjadi demikian walau mereka sama-sama pandai dan berpengalaman? ya.. mari kita renungkan bersama di episod ini.
Suatu kali kita akan mengalami hati yang gembira, segalanya serba menyenangkan, kita pun senang berjumpa orang, bercerita dan berbagai gagasan muncul bagaikan jamur di musim penghujan, jika anda sedang mengalami hal ini, tentunya ego state anda sedang berada pada pola kepribadian kanak-kanak.
Pernahkan anda merasa diri sangat logis, tepat dan rasional? saat-saat seperti ini tentunya karena anda benar-benar mempersiapkan diri secara baik sekali. Bisa sengaja atau memanng anda selalu siap, yang pasti kesiapan itu ditunjang oleh informasi dan data yang lengkap, ditambah pengetahuan dan pengalaman yang cukup yang mampu membaca penalaran anda mempertimbangkan dari berbagai sudut.
Ada pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, sejak kecil kita umumnya diasuh mungkin oleh seorang mungkin lebih. Anak-anak suka mencontoh tingkah dan tindakan orang yang mengasuhnya, karena ia dianggap sebagai panutan. Pengalaman ini makin lama membentuk pola, ya.. seperti pola baju, ketika kita hendak bertindak seperti itu, tentu saja itulah polanya.
Transaksional adalah peristiwa terjadinya penyampaian berita dari seorang kepada yang lain, bisa langsung dan tidak langsung. Seperti perangkat siaran pada umumnya, tentunya diperlukan kesamaan frekwensi antara pengirim dan penerima. Manusia lebih kompleks kebutuhannya, bukan saja kesamaan frekwensi tapi juga emosi dan ego.
Dari sejak kita dilahirkan, kita sudah mulai belajar berkomunikasi, pada mulanya intuisi kita berperan namun seiring berjalannya waktu kita makin keakuan kita lebih dominan. Jika kita terlarut hanya mengikuti ego maka secara tidak langsung kita menstigmasi diri kita sendiri dengan dominasi ego. Mari kita mengenal keadaan keakuan atau ego state.
Jika anda pernah menyesal, tentu anda tidak sendiri dan selamat anda adalah normal, menyesai berkaitan dengan dampak tindakan yang sudah kita ambil. Biasanya Tidak apa kalau kita menyesal asal jangan terlarut dalam penyesalan. Bangkit dan belajarlah dari penyesalan.
Anda sering jengkel dengan seseorang? barangkali anda memiliki karakter yang berbeda jauh dari orang itu. Mari kita kenali tiga karakter dasar manusia yang sering kita jumpai di sekitar kita, niscaya kita tidak perlu lagi terlalu kecewa.
kehendak bebas adalah anugerah luar biasa bagi tiap orang yang memungkinkan seseorang bertindak atas tiap kesempatan yang dijumpainya.
Cinta kasih sejati seeorang lahir dari sebuah kemurnian, dan kemurnian nurani bertumbuh ketika orang berada di luar keterpaksaan.
Setiap manusia memerlukan manusia lain, ini lah yang orang banyak kenal dengan istilah hubungan sosial, semakin lama jalinan ini membangun kesetaraan perasaan dan sehati, di sini kedekatan emosi semakin dirasakan.
Untuk dapat mencapi pada tingkatan tersebut, kita perlu menekan dan menyangkal diri, caranya adalah ber-empati, maka marilah kita mencoba.
Banyak orang ingin dianggap penting, barbagai cara ia lakukan alih-alih menjadi disukai eh malah membuat gaduh, bising dan mengganggu.
Apa sih yang orang-orang rasa kita ini penting bagi mereka?
Dalam istilah lain, keberuntungan kita kenal dengan LUCKY, Hok-khi atau Fuk Khi atau Fu Qi, mari kita pakai kata beruntung saja.
Untung di sini berbeda dengan istilah laba yang dipakai pada dunia perdagangan, untung merupakan pengalaman seseorang akan sesuatu
yang rasanya mustahil terjadi.
Sekilas, untung ini misterius, agak-agak mengandung muatan magis, mari coba kita renungkan di mana unsur magis nya.
Pikiran adalah sumber tindakan, apa bila pikiran kita bersih, seperti lahan yang kosong ia terbebas dari gulma, ilalang dan tumbuhan lainnya, maka tanah atau otak kita yang bersih akan menjadi lapang dan siap ditanam benih2 positif yang produktif.
Apabila hidup kita dipenuhi dengan pikiran negatif kita bersihkan, dalam tatanan spiritual yang tinggi, ini dilakukan dengan cara memaafkan
Jika sesuatu terlepaskan dari genggaman kita, maka kita cenderung kecewa atau pun merasa gagal, saat seperti ini kita jangankan disuruh untuk legowo sedangkan untuk rela saja sulit, untuk meningkatkan tindak kesadaran mengapa sesuatu lepas, maka kita akan mengubah kata terlepaskan menjadi dilepaskan. Disini kita akan mudah untuk mempraktekan kata legowo, sekarang ubahlah kata dilepaskan menjadi melepaskan dengan menyadari lepas sebagai akibat menjadi lepas menjadi sebab (pro-aktif)
Tidak bisa merelakan itu seperti misalnya hari ini adalah Senin, tapi pikiran kita masih di hari Minggu, maka kita masih berharap hari Senin itu adalah besok, mungkin kita ingin kebahagiaan yang kita rasakan di hari Minggu janganlah cepat berlalu, tapi toh berlalu.
Kenapa orang sering seperti ini? Karena ada suatu harapkan yang tidak kita peroleh karena waktu telah bergeser.
Ada orang yang mampu mensyukuri cobaan hidupnya sebagai kesempatan melihat keagungan. Ada juga yang mengidamkan tarikan nafas udara bebas tiap detiknya, atau ingin bergerak sekehendaknya.
Kita memang tidak sempurna, tapi saat ini kita masih diberi kesadaran untuk jalani hidup.