Bagaimana mungkin dua perusahaan dengan teknologi AI serupa bisa mendapatkan hasil yang sangat berbeda? Di satu sisi, ada organisasi yang berhasil mentransformasi bisnisnya dengan cepat. Di sisi lain, ada yang justru terjebak dalam kebingungan dan frustrasi. Dalam episode ini, kita akan membahas bahwa fondasi suksesnya transformasi AI bukan dari sisi teknologinya, melainkan dari sesuatu yang jauh lebih mendasar yaitu mindset.
Episode ini mengajak kita memahami bahwa adopsi AI tidak dimulai dari perangkat canggih atau algoritma rumit, melainkan dari kesiapan manusia di dalam organisasi. Ia mengibaratkan AI seperti benih yang hanya bisa tumbuh di tanah yang subur dan "tanah" itu adalah pola pikir seluruh tim. Tanpa fondasi mental yang siap, investasi sebesar apa pun pada teknologi tidak akan menghasilkan perubahan berarti. Ada tiga mindset utama yang menentukan keberhasilan transformasi AI yaitu digital mindset, agility mindset, dan growth mindset. Episode ini juga bercerita kisah nyata dan refleksi menarik, mulai dari perbandingan ekonomi digital dan konvensional hingga contoh sederhana tentang bagaimana generasi muda belajar mengelola fokus di era TikTok.
Dalam episode ini, Tanadi Santoso mengajak kita merenung pada satu pertanyaan mendasar yang jarang kita pikirkan: "Sebenarnya, Anda dibayar untuk apa?" Pertanyaan sederhana dari seorang coach ini menjadi pintu masuk menuju perjalanan menemukan makna di balik pekerjaan dan talenta kita. Bukan sekadar soal jabatan, uang, atau status, tapi tentang menemukan esensi dari kontribusi yang benar-benar membuat hidup dan karier kita bernilai.
Tanadi membagikan kisah personalnya, dari perenungan panjang hingga akhirnya menemukan bahwa dirinya "dibayar untuk menginspirasi orang lain." Sebuah kesadaran yang tidak muncul begitu saja, melainkan lahir dari pengalaman sebagai pemimpin, dosen, dan trainer yang terus bertumbuh. Ia kemudian menjelaskan tiga inti dari pekerjaan bermakna: menginspirasi orang lain, menunjukkan jalan, dan memberi tanda arah agar orang lain juga bisa berkembang.
Dari sinilah muncul pesan kuat bahwa kekuatan sejati tidak selalu datang dari apa yang kita lakukan, tapi dari mengapa kita melakukannya. Melalui kisahnya tentang membuat ratusan review buku hingga meraih rekor MURI, Tanadi menunjukkan bahwa ketika kita hidup sesuai kekuatan kita, hasilnya bisa jauh melampaui sekadar materi.
Episode ini juga mengajak pendengar melihat ulang cara mereka memaknai pekerjaan. Dari penjual sepeda motor hingga kurir pengiriman, setiap profesi punya makna lebih besar ketika dijalankan dengan kesadaran membantu orang lain. Ketika seseorang bekerja bukan sekadar untuk cuan, tapi untuk memberi nilai, maka pekerjaan itu menjadi panggilan. "Soar with Your Strengths" adalah undangan untuk berhenti mengejar kesempurnaan di semua hal, dan mulai terbang dengan kekuatan terbaik yang sudah kita miliki.
Di episode podcast kali ini, kita kembali menghadirkan pembahasan lanjutan antara Ronald Suryaputra dan Yuliana, pakar parenting yang menggabungkan ilmu NLP, Design Thinking, dan Strength-Based Approach menjadi sebuah metode unik bernama Forte Communication. Kali ini, pembicaraan semakin dalam karena membahas bagaimana ketiga pendekatan itu membantu orang tua memahami anak, berkomunikasi lebih empatik, dan menumbuhkan rasa percaya diri yang autentik dalam diri anak.
Yuliana menguraikan bagaimana NLP tidak hanya mengubah cara berpikir, tapi juga membantu orang tua keluar dari pola komunikasi negatif yang tanpa sadar diwariskan dari masa kecil. Melalui konsep mirroring dan rapport building, ia menunjukkan bahwa kedekatan sejati dengan anak tidak dibangun lewat kontrol, melainkan lewat koneksi emosional yang tulus. Sebuah pandangan yang menyentuh, namun tetap praktis diterapkan dalam keseharian.
Tak kalah menarik, Design Thinking dihadirkan dalam konteks parenting. Hal ini merupakan cara baru melihat konflik dan tantrum bukan sebagai masalah, tapi sebagai peluang belajar bersama anak. Dari proses empati hingga ideasi, Yuliana menunjukkan bagaimana orang tua bisa menjadi "coach" yang membantu anak menemukan solusinya sendiri. Sementara pendekatan Strength-Based menantang pola pikir lama dimana setiap anak memiliki kecerdasan unik, dan tugas orang tua adalah mengenali serta menumbuhkannya, bukan menyeragamkannya.
Dalam pembicaraan yang penuh insight ini, muncul banyak contoh nyata, mulai dari cara sederhana memvalidasi anak, menciptakan "flash card komunikasi" dengan pasangan, hingga bagaimana orang tua bisa memanfaatkan kekuatannya sendiri untuk membimbing tanpa menekan.
Dalam episode podcast kali ini, Tanadi Santoso mengajak kita memikirkan kembali konsep dimana seolah-olah ada "rumus rata-rata" yang harus ditempuh untuk menuju keberhasilan. Berdasarkan buku karya Todd Rose, Tanadi Santoso membahas bahwa standar rata-rata adalah tolok ukur yang adil dan efektif dan justru perbedaanlah yang membuat manusia berkembang. Di sinilah perjalanan menarik dimulai yaitu memahami mengapa menjadi berbeda adalah satu-satunya cara untuk benar-benar unggul.
Melalui cerita nyata dari dunia penerbangan Amerika tahun 1940-an, Tanadi Santoso menggambarkan bagaimana menjadi "rata-rata" bisa berakibat fatal. Ketika kokpit pesawat didesain berdasarkan ukuran tubuh rata-rata, ternyata tak satu pun pilot yang cocok dan berujung terjadi kecelakaan. Kisah ini bukan hanya tentang desain pesawat, tapi tentang kehidupan dimana saat kita mencoba menyesuaikan diri dengan ukuran orang lain, kita kehilangan potensi sejati diri sendiri.
Dari sinilah muncul prinsip penting yaitu The Jagged Principle. Sebuah prinsip dimana setiap orang unik dalam bentuk, bakat, dan cara berpikirnya. Tanadi Santoso menghubungkannya dengan CliftonStrengths dari Gallup, menjelaskan bagaimana setiap individu memiliki kombinasi kekuatan yang berbeda dan tak bisa diseragamkan. Sukses bukan soal meniru Steve Jobs atau Jeff Bezos, melainkan tentang menemukan dan memaksimalkan versi terbaik diri kita sendiri. Inilah yang ditekankan oleh Tanadi Santoso yang mengajak kita berpikir untuk berhenti membandingkan dan mulai memahami keunikan diri.
Dalam episode podcast kali ini, kita mengundang tamu spesial, Yuliana, seorang praktisi parenting asal Surabaya yang dikenal karena pendekatan realistis dan penuh kehangatan dalam mendidik anak. Topik ini bukan tentang teori melainkan bagaimana sebenarnya cara membesarkan anak yang percaya diri tanpa kehilangan ketulusan, kedisiplinan, dan kasih sayang.
Melalui episode ini, Yuliana membongkar mitos-mitos seputar pola asuh modern, seperti "tidak boleh marah" sampai "gentle parenting" yang sering disalahartikan. Ia menegaskan bahwa menjadi orang tua bukan berarti harus sempurna, melainkan sadar dan tumbuh bersama anak. Melalui contoh nyata dan refleksi pribadi, kita diajak menyadari bahwa marah pun bisa menjadi bagian sehat dari komunikasi, asalkan dilakukan dengan kesadaran dan kasih.
Selain itu, episode ini juga membahas mengenai konsep Forte Communication, sebuah metode komunikasi berbasis kekuatan (strength-based communication) yang membantu orang tua memahami karakter unik setiap anak. Dengan cara ini, teguran tidak lagi terasa seperti hukuman tetapi menjadi ruang belajar bersama. Yuliana juga membagikan tips praktis seperti metode Yes–No–Yes, cara menanamkan disiplin tanpa teriakan, serta bagaimana menghadapi anak yang lebih nyaman di dunia digital daripada dunia nyata.
Pembahasan tidak berhenti tentang anak saja. Pembahasan ini juga menyoroti pentingnya kerja sama antara ayah dan ibu sebagai sebuah tim dalam mendidik anak, saling bergantian peran antara good cop dan bad cop, dan menyadari bahwa keluarga yang sehat dibangun dari komunikasi yang setara dan penuh empati. Di sini, parenting bukan lagi tanggung jawab satu pihak, tapi perjalanan spiritual dua orang dewasa yang memilih untuk terus belajar.
Dalam episode kali ini, kita membahas buku fenomenal Don't Believe Everything You Think karya Joseph Nguyen yang membuka mata kita tentang perbedaan antara pain (rasa sakit) dan suffering (penderitaan). Seringkali kita merasa tersiksa itu sebenarnya bukan karena peristiwa buruk itu sendiri, melainkan karena pikiran kita yang tak berhenti memutar skenario negatif. Melalui kisah dan ilustrasi yang sederhana, buku ini mengajak kita menyadari bahwa sumber penderitaan terbesar bukanlah dunia luar, melainkan cara kita menafsirkan pikiran sendiri.
Buku ini menyoroti perbedaan mendasar antara thought (pikiran yang muncul) dan thinking (proses berpikir yang berlebihan). Thought hanyalah peristiwa mental yang datang dan pergi, tetapi thinking-lah yang sering berubah menjadi jerat penderitaan. Dalam episode kali ini, kita akan diajak memahami bahwa "berhenti berpikir" bukan berarti pasif, melainkan membebaskan diri dari belenggu pikiran yang tidak perlu.
Selain itu, episode ini akan membahas konsep flow dan bagaimana kondisi hanyut dalam pekerjaan membuat kita bahagia tanpa perlu memaksakan pikiran positif. Ada pula kisah inspiratif tentang samurai muda dan seorang master yang dengan sederhana menunjukkan betapa tipisnya batas antara "neraka" dan "surga", semuanya ditentukan oleh cara kita memandang.
Episode ini juga menyajikan langkah praktis dengan akronim PAUSE yang merupakan sebuah panduan sederhana untuk menghentikan arus pikiran negatif, memberi ruang jeda, memahami, dan pada akhirnya melepaskan penderitaan. Dari sini kita akan menemukan bahwa salah satu kekuatan terbesar manusia adalah kemampuan memilih. Apakah mau terus terjebak dalam arus pikiran yang menyesakkan atau melangkah menuju ketenangan.
Episode podcast kali ini menghadirkan tamu spesial, Hari Kurniawan, seorang praktisi sekaligus akademisi berpengalaman di bidang market research. Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, keputusan tanpa data sering kali menjadi awal dari kegagalan. Kita diajak untuk memahami mengapa riset pasar bukan hanya teori saja, melainkan kompas utama yang mengarahkan bisnis agar tetap relevan dengan kebutuhan manusia sebagai konsumen.
Melalui contoh nyata seperti coffee shop hingga proyek besar bernilai triliunan di IKN, episode ini berusaha mengingatkan kita bahwa market research adalah fondasi penting sebelum melangkah. Dengan melakukan riset, hal itu dapat membantu memetakan kompetitor, membaca perilaku konsumen, hingga meminimalisir risiko yang sering luput dari intuisi semata.
Selain itu, episode ini juga membahas bahwa market research bukan hanya milik korporasi besar. UMKM pun bisa melakukannya dengan cara sederhana, bahkan gratis. Bisa dengan bertanya kepada pelanggan, mengamati perilaku di media sosial, atau membuat ide kreatif seperti giveaway murah yang menghasilkan ratusan insight.
Episode ini juga menyajikan kisah inspiratif seperti fenomena kursi Herman Miller yang sempat divonis "tidak laku" oleh riset, namun akhirnya menjadi produk legendaris dunia. Cerita-cerita ini memperlihatkan bahwa riset memang penting, tetapi tetap harus dibarengi dengan keberanian mengambil keputusan dan kepekaan membaca dinamika pasar.
Episode kali ini mengajak kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Pernahkah Anda merasa lelah tanpa sebab yang jelas, atau kehilangan semangat padahal pekerjaan masih menumpuk? Seringkali kita melupakan sebuah rahasia kecil yaitu menemukan energizer dalam hidup kita. Hal itu tidak hanya motivasi saja, melainkan hal-hal sederhana yang benar-benar memberi energi besar untuk melangkah lagi.
Tanadi Santoso membagikan pengalaman pribadi sekaligus insight praktis tentang bagaimana setiap orang punya energizer dan zapper yang berbeda. Apa yang membuat seseorang bersemangat bisa jadi membosankan bagi orang lain. Di situlah kuncinya, belajar mengenali apa yang menambah energi kita dan apa yang diam-diam mengurasnya.
Dari kisah sederhana tentang memotret pagi hari, hingga contoh nyata bagaimana CliftonStrengths dapat membantu kita mengenali kekuatan yang benar-benar menghidupkan, Anda akan menemukan betapa pentingnya mengisi "kotak rahasia energi" versi Anda sendiri. Inilah yang disebut Jewelry Box of Energizer, sebuah metafora tentang menyimpan hal-hal kecil yang bisa jadi sumber kekuatan di saat jenuh dan lelah.
Selain berbagi pengalaman dan kisahnya, Tanadi Santoso juga berbagi tips praktis yang bisa langsung diterapkan. Bagaimana cara menambah energizer dalam aktivitas sehari-hari, bagaimana menyiasati hal-hal yang melelahkan, dan bagaimana memanfaatkan orang, tempat, serta pengalaman positif sebagai pengisi ulang energi hidup kita.
Di tengah pembicaraan wacana bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045, ada pertanyaan besar yang tak bisa kita abaikan: apakah generasi muda, khususnya Gen Z, akan menjadi motor penggerak kemajuan, atau justru menjadi "bom waktu" yang siap meledak? Episode podcast kali ini akan membahas dilema itu.
Melalui episode podcast kali ini, Ronald dan Wilson membahas beberapa fakta di lapangan, seperti tingkat pengangguran muda yang masih tinggi, mismatch antara lulusan dengan kebutuhan industri, hingga persaingan ketat di dunia kerja yang membuat banyak fresh graduate "tersandung" di awal karier. Episode ini tidak hanya membahas teori tetapi juga mengangkat fenomena sehari-hari yang mungkin sedang dialami saat ini.
Selain mengangkat fenomena tersebut, podcast ini juga membahas solusi yang bisa dilakukan. Dari pentingnya upskilling dan reskilling, menumbuhkan mindset entrepreneur, hingga memahami peran teknologi, termasuk AI, yang bisa menjadi ancaman sekaligus peluang. Ada banyak insight praktis yang bisa langsung diresapi, terutama bagi Gen Z yang ingin tetap relevan, dan juga bagi orang tua, pendidik, serta pemimpin organisasi yang membina mereka.
Salah satu hal penting yang ditekankan dalam episode ini adalah masa depan bukan ditentukan oleh situasi, melainkan oleh kesiapan kita merespons. Bonus demografi bisa jadi tiket emas, tapi tanpa kesadaran untuk terus belajar, bertumbuh, dan beradaptasi, tiket itu hanya akan menjadi kertas kosong.
Kita sering menganggap bahwa dengan banyak bicara, pesan kita otomatis sampai. Padahal kenyataannya, komunikasi yang efektif justru bergantung pada bagaimana kita bisa mengetuk "pintu" yang tepat dalam diri lawan bicara. Episode ini akan membahas bahwa seni berkomunikasi itu jauh lebih dalam daripada sekedar kata-kata.
Dalam episode ini, kita akan diajak memahami mengapa komunikasi adalah kunci kehidupan. Tidak hanya soal menjaga relasi personal tetapi juga kunci untuk membuka pintu kesempatan dalam karir, bisnis, hingga kehidupan sosial. Kegagalan komunikasi bisa menutup peluang, bahkan memperkeruh situasi. Sebaliknya, komunikasi yang benar bisa melahirkan solusi, membangun hubungan yang lebih kuat, dan menciptakan dampak besar.
Episode ini membahas tiga "pintu komunikasi" yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Setiap orang punya cara menerima informasi yang berbeda, ada yang lebih mudah menangkap pesan melalui gambar, ada yang lebih fokus pada cerita yang didengar, dan ada pula yang butuh pengalaman langsung untuk bisa memahami. Bapak Arie juga akan membahas contoh nyata yang relate, seperti pengalaman menjual produk kepada pelanggan dengan karakter berbeda. Melalui contoh ini, kita akan sadar betapa pentingnya menyesuaikan gaya komunikasi agar pesan benar-benar masuk, bukan sekadar lewat. Episode ini juga mengajarkan bahwa komunikasi efektif bukan soal siapa yang paling pintar bicara, tapi siapa yang paling peka membaca cara orang lain memahami.
Banyak orang bermimpi melanjutkan studi ke luar negeri, tapi tidak semua berani menjalaninya. Dalam episode podcast kali ini, kita akan mendengarkan pengalaman dari Ibu Mega. Beliau merupakan seorang dosen yang baru saja menyelesaikan studi S3 di Yamaguchi University, Jepang. Ia berbagi pengalaman selama di Jepang, mulai dari tantangan akademik, kehidupan sehari-hari bersama keluarga, hingga bagaimana budaya Jepang membentuk pola pikir dan etos kerjanya.
Ibu Mega juga berbagi cerita mengenai biaya hidup, tips mencari tempat tinggal, hingga cara mengatur keuangan keluarga saat studi di Jepang. Kita akan mendapatkan gambaran yang lebih nyata, bukan hanya sisi indahnya tetapi juga kesulitan dan strategi untuk mengatasinya.
Episode ini juga membuka wawasan tentang beasiswa MEXT dari Pemerintah Jepang, peluang riset kolaboratif antara Indonesia dan Jepang, serta bagaimana mahasiswa internasional di sana menjadi bagian penting di banyak universitas.
Selain itu, episode ini juga membahas budaya Jepang, seperti kedisiplinan, sopan santun, nasionalisme, hingga budaya "izakaya" yang unik. Kita akan mendengar bagaimana nilai-nilai kecil dalam kehidupan sehari-hari di Jepang bisa memberi inspirasi besar, termasuk bagaimana mereka menghormati privasi, menghargai perbedaan, dan membangun kebiasaan profesional yang konsisten.
Dalam episode The Power of Story ini, Tanadi Santoso membagikan bagaimana kisah sederhana mampu menyentuh hati, mengubah perspektif, bahkan memengaruhi keputusan seseorang. Di sini, kita akan menyadari bahwa sebuah cerita bisa lebih kuat daripada seribu nasihat. Melalui cerita, pesan tidak hanya masuk ke kepala, tetapi juga menetap di hati.
Di sini Tanadi Santoso berbagi kisah tentang "Harta Karun di Ujung Pelangi" hingga kebijaksanaan Ganesha. Kita diajak untuk melihat bahwa kebahagiaan, makna hidup, maupun cara pandang bisa dibentuk lewat cerita yang tepat. Setiap narasi yang dibagikan menghadirkan refleksi bahwa terkadang kekuatan terbesar bukan pada teori yang rumit, melainkan pada kisah yang melekat dan mudah diingat.
Episode ini juga mengungkap mengapa manusia sejak zaman dahulu selalu menggunakan cerita sebagai sarana belajar. Dari api unggun nenek moyang hingga ruang kelas modern, story tetap menjadi senjata paling ampuh dalam memengaruhi, mengajar, dan menginspirasi. Inilah alasan mengapa orang bisa lupa teori, tetapi tidak pernah lupa cerita. Tanadi Santoso juga mengingatkan kita bahwa storytelling bukan sekadar seni bercerita, melainkan kunci untuk persuasi, kepemimpinan, hingga membangun hubungan yang bermakna. Cerita membuat komunikasi menjadi hidup, relevan, dan sulit dilupakan.
Di episode podacst kali ini, Business Wisdom Podcast menghadirkan tamu spesial, Mutiara Salman, seorang praktisi dan trainer berpengalaman lebih dari 25 tahun. Episode ini membahas bagaimana training bisa menjadi senjata kompetitif yang membedakan perusahaan unggul dari yang biasa-biasa saja. Padahal training sering dianggap sekadar formalitas perusahaan.
Bersama dengan Tanadi Santoso, episode ini membahas mulai dari bagaimana training meningkatkan kompetensi, motivasi, hingga loyalitas karyawan, sampai peran training center atau corporate university dalam membangun budaya belajar yang berkelanjutan. Episode ini juga membahas cerita menarik seputar aturan dunia perbankan, pengalaman pribadi menghadapi dilema resign, hingga praktik onboarding unik dari berbagai perusahaan besar.
Episode ini juga membahas bagaimana training tidak hanya bermanfaat untuk karir karyawan, tetapi juga berdampak langsung pada pertumbuhan bisnis, kepuasan pelanggan, dan daya saing perusahaan di tengah era perubahan yang cepat. Mereka juga membahas bahwa training tidak hanya mengenai aspek biaya atau ROI, melainkan juga sebagai bentuk penghargaan, motivasi, dan investasi jangka panjang bagi setiap individu. Bahkan, ada refleksi mendalam tentang peran pendidikan dalam memutus rantai kemiskinan dan bagaimana seorang trainer sejati mampu menginspirasi peserta untuk terus belajar sepanjang hayat.
Dalam episode podcast ini, kita akan membahas bagaimana memahami konsep flow dapat membantu kita mengelola waktu dengan lebih bijak dan menemukan kembali momen produktif. Pernahkah Anda bekerja begitu fokus hingga waktu terasa melesat begitu cepat? Inilah yang disebut flow, suatu kondisi hanyut dalam pekerjaan hingga energi, perhatian, dan semangat Anda tercurah penuh.
Episode ini membahas mengenai langkah-langkah praktis dalam time management, mulai dari memantau aktivitas harian selama dua minggu, hingga mengenali kapan kita berada di titik flow. Dengan cara sederhana ini, kita bisa memetakan aktivitas mana yang membuat bersemangat, mana yang sebenarnya bisa didelegasikan, dan mana yang penting tapi sering terlewat karena kesibukan.
Selain teori itu, episode ini juga diperkaya dengan pengalaman nyata, bagaimana sebuah sesi mengajar bisa membuat waktu terasa singkat dan penuh makna, sementara rapat yang tidak produktif justru menguras energi. Salah satu pengalaman ini membuka mata kita bahwa manajemen waktu bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal memilih aktivitas yang memberikan dampak terbesar bagi diri dan orang lain.
Episode ini juga menekankan pentingnya momen-momen yang sering kita abaikan. Kadang hal sederhana seperti makan malam bersama keluarga justru jauh lebih berharga dibanding kesibukan yang kita anggap penting. Melalui refleksi dua minggu yang dilakukan secara rutin setiap enam bulan, kita bisa menemukan keseimbangan antara produktivitas dan kualitas hidup.
Dalam episode podcast kali ini, kita akan membahas berbagai stigma, tantangan, sekaligus peluang besar dari generasi yang sering disebut penuh idealisme namun dianggap "belum siap kerja". Bagaimana sebenarnya cara terbaik menghadapi Generasi Z di dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari?
Bersama Wilson Huang, junior trainer Business Wisdom Institute yang juga bagian dari Gen Z, diskusi ini membuka perspektif baru mengenai Gen Z. Dari isu komunikasi, stigma "Gen Z tidak bisa kerja", sampai pentingnya menyeimbangkan idealisme media sosial dengan realita lapangan.
Kita akan diajak melihat bahwa Gen Z bukanlah "generasi stroberi" yang rapuh, melainkan sebagai generasi kreatif yang butuh saluran tepat untuk mengasah potensi. Diskusi ini juga membahas bagaimana peran parenting, lingkungan, hingga literasi digital yang membentuk karakter Gen Z seperti saat ini
Selain itu, episode ini juga membahas turning point, bagaimana perilaku "nakal" anak muda bisa menjadi tanda kreativitas yang belum tersalurkan. Daripada menghakimi, kita diajak untuk melihatnya sebagai energi besar yang bisa diarahkan ke arah positif.
Saat ini adalah era dimana dirupsi AI semakin cepat. Tantangan terbesar organisasi bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang bagaimana manusia di dalamnya bisa tetap relevan, lincah, dan siap bersaing. Di episode podcast kali ini akan membahas strategi konkret agar individu dan organisasi mampu menjadi pemenang di tengah badai perubahan ini. Tidak hanya teori, pembahasan ini akan mengupas langkah-langkah yang sudah diadopsi perusahaan top dunia, dan bagaimana kita bisa menerapkannya di lingkungan kerja kita.
Fondasi yang paling utama adalah mindset. Tanpa agility mindset dan growth mindset, sehebat apa pun teknologi yang kita miliki, kita akan tetap tertinggal. Kedua mindset ini menjadi modal wajib sebelum bicara soal strategi pengelolaan talent dan pengembangan skill. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan ke talent mobility. Kita akan mendengarkan ide praktis seperti talent marketplace internal, rotasi lintas fungsi yang strategis, hingga cara AI membantu HR memetakan skill dan gap untuk menciptakan SDM yang lebih fleksibel dan berdaya saing.
Setelah itu, pembahasan berlanjut ke skill agility yang merupakan kemampuan untuk mengakuisisi dan menerapkan skill baru dengan cepat. Episode ini membagikan insight bagaimana organisasi dapat memanfaatkan microlearning, training on demand, dan personalisasi pembelajaran berbasis AI agar setiap individu bisa mengasah skill yang relevan dan siap digunakan di lapangan. Kita juga akan diajak melihat peran AI bukan hanya sebagai alat, tetapi sebagai coach yang membantu kita berkolaborasi lebih efektif.
Di episode podcast kali ini, Tanadi Santoso bersama dengan Nita, seorang konsultan bisnis berpengalaman, akan membahas bagaimana membimbing generasi penerus agar bisa memimpin tanpa memecah keharmonisan keluarga. Dalam pengalaman dunia bisnis keluarga di Indonesia, seringkali masih dalam tahap peralihan dari generasi pertama ke generasi kedua. Bedanya karakter, gaya komunikasi, bahkan pola kepemimpinan, sering menjadi pemicu gesekan. Nita membagikan pengalaman langsung menangani klien-klien bisnis keluarga, lengkap dengan kisah lucu dan dramatis yang ternyata menyimpan pelajaran penting, mulai dari konflik di meja makan yang berujung 'Perang Dunia ke-3' di kantor, hingga tantangan bagaimana memisahkan komunikasi formal dan informal.
Selain itu, episode ini juga memberikan berbagai resep untuk mengatasi permasalahan dalam bisnis keluarga. Dimulai dari pentingnya membuat family constitution, menetapkan alur komunikasi yang jelas, hingga membangun kepercayaan timbal balik antara generasi pertama dan kedua. Anda akan belajar bagaimana menetapkan batas otoritas, mengelola ego, dan memberi ruang bagi generasi penerus untuk berinovasi tanpa membuat generasi pendahulu merasa kehilangan kendali.
Dalam episode podcast kali ini, Tanadi Santoso mengajak kita menjawab, apa sebenarnya yang membedakan orang sukses dan yang biasa-biasa saja. Jawabannya seringkali bukan bakat atau keberuntungan, tetapi kebiasaan. Episode ini mengingatkan kita akan kekuatan habit dan bagaimana perubahan kecil, jika dilakukan secara konsisten, bisa menciptakan lompatan besar dalam hidup dan karier. Kita akan memahami bagaimana 1% improvement setiap hari bisa mengubah hidup kita 37 kali lipat dalam setahun.
Melalui analogi sederhana seperti titik didih air dan kereta api yang digerakkan uap, episode ini mengajak kita menyadari bahwa kesuksesan besar seringkali terletak pada konsistensi kecil yang tidak terlihat namun menentukan. Dan yang menarik, kebiasaan buruk pun punya efek sebaliknya yaitu makin lama makin menjatuhkan jika tidak dikendalikan.
Tanadi Santoso berbagi cara praktis untuk membentuk kebiasaan positif melalui trigger (pemicu), habit stacking, dan reframing identitas diri. Kita akan belajar bahwa kebiasaan bukan hanya soal disiplin, tapi soal menciptakan lingkungan yang mendukung dan identitas yang kuat seperti bahwa kita adalah orang sukses, maka kita pun berperilaku seperti orang sukses.
Episode ini juga membuka catatan pribadi Tanadi Santoso tentang kebiasaan-kebiasaan yang ia bangun selama bertahun-tahun, dari membaca buku, ikut training rutin, hingga refleksi malam hari selama 5 menit untuk merancang hari esok. Praktik nyata yang bisa langsung kita terapkan dan disesuaikan dengan gaya hidup kita sendiri.
Dalam episode podcast kali ini, kita akan mendengarkan kisah perjalanan luar biasa Moorlife, brand Indonesia yang berhasil menjadikan produk rumah tangga berkualitas sebagai komoditas global. Bersama Ibu Norela Hidayati (Teh Eti), Direktur Marketing Moorlife, Anda akan menemukan cerita dibalik strategi direct selling yang tidak hanya mengakar kuat di Indonesia, tetapi juga berani berekspansi hingga Afrika Selatan dan Rumania.
Episode ini tidak sekadar membahas pemasaran biasa. Kita akan diajak melihat bagaimana kekuatan visi jangka panjang dari founder Moorlife, Hermanto Tanoko, menjadi fondasi ekspansi global. Mulai dari komitmen terhadap kualitas produk (100% BPA free, food grade, dan bergaransi seumur hidup), hingga bagaimana mesin produksi bersertifikasi FDA di Nganjuk menjadi bukti bahwa produk lokal bisa bersaing secara internasional.
Yang menarik, Anda juga akan belajar strategi konkret yang bisa langsung diterapkan, bagaimana push-pull marketing diterapkan dalam model direct selling, bagaimana digital branding melalui Instagram mampu menarik buyer dari Mauritius, hingga bagaimana riset gaya hidup masyarakat Afrika menjadi kunci masuk pasar dengan minim friksi.
Selain itu, Ibu Eti juga berbagi resep sukses bagi para agen Moorlife melalui akronim "ADIK" (Adaptif, Digital, Inovatif, Konsisten). Sebuah panduan praktis yang relevan tidak hanya bagi agen penjualan, tetapi juga siapa saja yang ingin bertahan dan berkembang di era kompetisi digital. Melalui episode ini, kita akan merasakan betapa strategi, nilai, dan ketekunan berpadu membentuk kekuatan ekspansi yang autentik.
Dalam episode podcast kali ini, kita akan membongkar pandangan keliru yang selama ini banyak dipercaya yaitu kemajuan adopsi AI ditentukan oleh kecanggihan sistem atau alat. Hasil studi global IBM menunjukkan bahwa faktor manusia adalah kunci utamanya. Kita diajak melihat ulang bagaimana mindset dan kesiapan tim justru menjadi fondasi paling kritis dalam transformasi digital berbasis AI.
Mindset adalah segalanya. Di tengah laju AI yang semakin cepat, dua pola pikir menjadi penentu apakah sebuah perusahaan bisa survive atau malah tertinggal adalah agility mindset dan growth mindset. Episode ini membahas mengapa fokus, kecepatan, dan fleksibilitas adalah senjata utama untuk menavigasi era penuh disrupsi. Di saat yang sama, kita juga diingatkan untuk terus belajar, berkembang, dan tidak takut gagal karena AI hanya bisa menjadi partner bila kita terus bertumbuh.
Peran strategis Human Capital semakin tak tergantikan. Episode ini menyorot bahwa HR hari ini bukan lagi sekadar urusan administrasi atau pelatihan. Mereka adalah kunci utamanya, dari proses rekrutmen, pengembangan talenta, hingga menciptakan budaya kerja yang ramah AI.
Anda dapat memulai langkah nyatanya dengan beberapa langkah seperti audit mindset dan skill, merancang learning journey yang adaptif, memfasilitasi proyek kolaboratif manusia dan AI, hingga membangun komunitas pembelajar internal. Karena AI bukan sekadar alat, tapi sahabat baru yang perlu dipahami dan diarahkan.