Mungkin kalian pernah dengar istilah ini: Ilmuwan boleh salah, tapi tak boleh bohong. Wajar, karena kesalahan dalam penelitian sangat sering terjadi. Saking seringnya, sudah dianggap sebagai salah satu langkah atau jalan menuju keberhasilan. Sebuah studi yang sangat sempurna hasilnya, justru perlu dipertanyakan metode dan datanya. Pada episode ini kita akan mengidentifikasi 6 (enam) macam dosa atau pelanggaran dalam publikasi ilmiah.
Ketika Anda memutuskan mengirim artikel ke jurnal, lalu jurnal ini meminta hak ekonomi dari copyright Anda secara eksklusif, maka pastikan bahwa Anda dalam keadaan sadar dan yakin akan hal itu. Paling tidak, pastikan bahwa jurnalnya top dan bereputasi, penerbitnya besar dan punya jangkauan luas di seluruh dunia, atau editor nya adalah ilmuwan idola Anda.
Kalau sebelumnya kita bahas hak cipta, maka kali ini kita akan bicara tentang lisensi. Sederhananya, lisensi itu artinya izin. Yaitu pemberian izin dari pemilik karya kepada penerima yang akan menggunakan karya yang dilisensikan. Kalau artikel karya Anda telah diserahkan copyrightnya kepada jurnal, apalagi jurnal nya penerbit komersil besar, maka jurnal itu lah yang berhak mengatur dan menetapkan kebijakan lisensi untuk artikel Anda. Pada model ini, selain hak moral, Anda sudah tidak punya hak lain lagi.
Sebenarnya ada banyak istilah yang mirip atau berkaitan dengan ini. Istilah umumnya itu hak kekayaan intelektual, atau intellectual property rights. Supaya tidak terlalu kompleks, kali ini kita bahas saja yang terkait dengan karya dalam publikasi ilmiah. Inilah copyright, atau kita kenal dengan istilah HAK CIPTA.
Kak, kalau jurnal berbayar, misalnya kita harus membayar, itu predator kah? Pernah dengar pertanyaan seperti itu? Atau bahkan masih punya pertanyaan itu? Pada episode kali ini kita akan bicara tentang pendanaan jurnal. Dari mana sebenarnya biaya operasional pengelolaan jurnal? Apakah editor dan reviewer nya dapat insentif? Simak terus ya.
Apa bedanya Scopus dengan Scimago?
Pendahuluan sebelum kita bahas jurnal ilmiah.