Akhir-akhir ini kita menyaksikan diberbagai media mainstream maupun media sosial heboh dengan kasus pembunuhan Brigadir J oleh Jendral Bintang 2 bernama Ferdi Sambo padahal dia ini jabatannya polisinya polisi yang seharusnya menjadi garda pertahanan moral polisi.
Sejak awal pengungkapan kasusnya, kita disuguhkan dengan skenario yang mengundang banyak tanya. Hingga sampai saat ini polisi masih berusaha menggali kebenaran faktanya.
Apa jadinya jika Institusi Tribrata yang bertugas menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum ini melakukan kebohongan publik ?
Padahal institusi ini mendapatkan tugas mulia untuk melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban ?
Jika menyimak runtutan cerita kronologis kasus penembakan Brigadir J kita seolah disuguhkan rangkaian peristiwa drama sebuah film kriminal yang belum tahu ujungnya akan kemana. Ini lebih menarik dari sekedar cerita sinetron. Ada juga cerita tentang perseteruan antara pesulap merah yang membongkar kepalsuan kesaktian gus samsudin yang ternyata hanya sulap. Kita bisa mengambil banyak pelajaran dan pengetahuan dari kasus yang sedang bergulir tersebut. Misalnya saja merelasikan dengan Teori Dramaturgi.
Simak konten ini...
Kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di kediaman Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) nonaktif Irjen Ferdy Sambo masih terus berlanjut.
Sejumlah temuan terbaru hasil penyidikan tim khusus bentukan Kapolri dan Komnas HAM membawa kasus ini ke babak baru.
Kapolri juga mengambil langkah tegas pada Kamis (4/8) malam dengan mengeluarkan telegram berisi keputusan mutasi besar-besaran sejumlah anggota, termasuk perwira tinggi.
Jika kita menyimak kasus yang terjadi, rupanya tidak mudah bagi polisi untuk bisa mengungkap apa sebenarnya yang terjadi pada saat itu. Lalu yang menyebabkan alotnya membongkar masalah itu ? Mungkin kita bisa memahami fenomena itu dengan membaca teori groupthink dari Irving Janis. Groupthink theory pertama kali dikemukakan oleh Irvings Janis (1972), yaitu istilah untuk keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan / opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral.
Podcast CakImamSuwandi Program Opini PublikEdisi Perdana
Pada episode ini saya baru saja mendapat kiriman Surat Pajak dari Amerika. Tentu saja saya yang nggak pernah menginjakkan kaki di negeri paman sam ini merasa terkejut dengan kehadiran surat ini.
Podcast CakImamSuwandi
Ada kebijakan baru yang akan diberlakukan oleh WhatsApp. Kebijakan tersebut dikabarkan membuat sebagian pengguna merasa kurang nyaman dengan aplikasi berbagi pesan ini. Apa saja isi kebijakan tersebut. Simak info berikut.
Podcast CakImamSuwandi
Afirmasi Low Attraction: Amalan Menggapai Kesuksesan
Podcast CakImamSuwandi
Kali ini saya bertemu dengan pakar pendidikan Indra Charismiadji yang akan berbincang mengenai Belajar Soft Skill.
Podcast CakImamSuwandi
Belajar Ilmu Jurnalistik Dasar 2, Tema: Mengenal Berita (Gratis)
Seorang Ustadz Menantang Duel Dukun Santet. Konten Video Ini Tidak Biasa. Karena Biasanya Ustadz Hanyalah Berdakwah Kepada Umat Melalui Mimbar Pengajian. Ustadz Ujang Busthomi Menjadi Viral Lantaran Konten Videonya Menyajikan Dunia Lain Tentang Ilmu Hikmah Yang Dikenal Dengan Spiritual dan Tak Kasat Mata.
Podcast CakImamSuwandi Episode 2
Cak Imam Suwandi bertemu dengan Guru Besar Aikido di Indonesia yakni Sensei Hakim yang bercerita tentang ilmu rasa. Ikuti kisah menariknya.
Pada episode perdana ini saya suguhkan kepada Anda tentang Ilmu Gerak Rasa Sanalika wawancara saya langsung dengan Guru Besar Perguruan Gerak Rasa Sanalika yakni Babe Cacang.