
Sebelum kita beroleh selamat, kita kendur dan ceroboh. Namun, pada hari kita beroleh selamat, kita menjadi agamawi. Karena menaruh diri kita di bawah hokum Taurat, maka setiap hari kita menghadapi kesulitan bagaimana menjadi baik dan bermoral. Kita mengesampingkan Tuhan untuk meningkatkan perilaku kita dan melakukan kebaikan. Bukan hanya demikian, kita bahkan meminta Tuhan menguatkan kita untuk melakukan kebaikan. Dalam realitasnya, ini adalah satu paradoks. Kita harus mengambil Tuhan sebagai sasaran kita melalui hidup kepada-Nya, namun alih-alih kita menerima kebaikan, yang di luar Tuhan, sebagai sasaran kitamelalui hidup kepada hokum Taurat. Kita bahkan meminta Tuhan untuk membantu kita mencapai kebaikan dan hidup kepada hokum Taurat.
Bagaimana solusinya? Semua jawabannya ada dalam buku ini.