Bayi-bayi ini nyaris dibawa ke luar negeri dengan dalih akan diadopsi. Ini hanya beberapa yang berhasil diselamatkan, pasca terbongkarnya sindikat perdagangan anak lintas negara, April 2025. Mereka kini menghabiskan hari demi hari di panti asuhan.
Jurnalis KBR Hoirunnisa melihat lebih dekat kehidupan mereka dan dan mengungkap berbagai tantangan lain terkait upaya perlindungan dan penyelamatan korban. Simak kisahnya di SAGA KBR, yang dibawakan Sindu Dharmawan.
Kisah ini memuat deskripsi yang mungkin akan memicu trauma. Semua nama bayi dalam cerita ini disamarkan.
---
Editorial: Hoirunisa, Wahyu Setiawan, Sindu Dharmawan, Ninik Yuniati, Malika
Sound Designer: Bintang Elian
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, di Bekasi, Jawa Barat merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. Tinggi gunungan sampah di sana tak kurang dari 70 meter. Ini setara dua kali tinggi candi Borobudur. Jika tak kunjung ada solusi nyata untuk mengurangi beban timbunan sampah, maka pengelola TPA, pemulung, dan masyarakat sekitar jadi yang paling rentan tertimpa petaka. Simak laporannya di SAGA KBR
Editorial: Resky Novianto, Ninik Yuniati, Malika
Audio design: Malika
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berujung petaka. Keracunan terjadi di mana-mana, korbannya ribuan bahkan puluhan ribu anak. Ironis untuk sebuah program unggulan, beranggaran jumbo, dan menyandang label "bergizi". Padahal sedari mula, pemerintah sudah berulang kali diperingatkan tentang risiko celaka program raksasa, tetapi buruk tata kelola. Simak selengkapnya di SAGA KBR.
Presiden Prabowo Subianto meresmikan 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, 21 Juli 2025. Ribuan koperasi desa itu dibentuk hanya dalam waktu empat bulan.
Kehadirannya diklaim bakal memperkuat ekonomi kerakyatan.
Kenyataannya, di lapangan pembentukan koperasi desa tak berjalan mulus. Bahkan memicu kekhawatiran, usaha lain di desa yang sudah berjalan, terancam tergusur.
Mengapa program ini malah dianggap sebagai ancaman? Simak ceritanya di SAGA KBR, bagian kedua.
Editorial: Wahyu Setiawan, Muji Lestari, Ninik Yuniati, Malika
Sound Designer: Bintang Elian
Tragedi 1965 menjadi utang sejarah yang tak kunjung dilunasi negara. Enam dekade berlalu, tak ada upaya serius mengungkap apa yang sebetulnya terjadi dibalik peristiwa berdarah 1965-1966 yang telah merenggut jutaan jiwa itu.
Sebaliknya, negara justru berupaya mengukuhkan narasi tunggal rezim Orde Baru, lewat penulisan ulang sejarah nasional yang dikebut Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Disinyalir, proyek ini untuk memuluskan gelar pahlawan bagi Soeharto.Untuk kesekian kalinya, para penyintas dan keluarga korban tragedi 65 melawan upaya pengingkaran. Simak kisah perjuangan mereka di SAGA KBR.
Editorial:
Heru Haetami, Ninik Yuniati, Malika
Sound Designer:
Bintang Elian
13 Agustus 2025, Kabupaten Pati bergolak. Ribuan rakyat marah dan mengepung kantor bupati.
Mereka menentang kebijakan Bupati Sudewo yang menaikan tarif pajak seenaknya.
Dari Pati, api perjuangan merembet di penjuru tanah air. Menggambarkan rakyat punya kapasitas mengoreksi langsung kebijakan yang tidak adil.
Gerakan ini menjadi alarm bagi penguasa untuk segera berbenah.
Editorial:
Astri Yuanasari, Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati, Malika
Sound Designer:
Bintang Elian
Selangkah lagi PT Sumber Permata Sipora (SPS) akan beroperasi di hutan Pulau Sipora, salah satu gugusan pulau kecil di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Perusahaan milik pengusaha Haji Bakhrial itu, telah memperoleh persetujuan komitmen pada 2023. Kini, tinggal mengurus dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Jika ini disetujui, Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) bakal dikeluarkan di atas lahan seluas 20.706 hektare, setara ⅓ luas daratan Pulau Sipora.
Namun, prosesnya ditengarai penuh skandal. Ada dugaan pemalsuan tanda tangan, juga upaya "membuang" usulan hutan adat di lahan konsesi perusahaan.
Sebagian masyarakat adat menentang, khawatir hutan sebagai sumber penghidupan dan identitas mereka terancam. Penebangan hutan juga berpotensi memperparah krisis ekologis di sana.
Editorial:
Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati, Malika
Sound Designer:
Bintang Elian
Liputan ini merupakan program kolaborasi media yang didukung oleh Depati Project
Selangkah lagi PT Sumber Permata Sipora (SPS) akan beroperasi di hutan Pulau Sipora, salah satu gugusan pulau kecil di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Perusahaan milik pengusaha Haji Bakhrial itu, telah memperoleh persetujuan komitmen pada 2023. Kini, tinggal mengurus dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Jika ini disetujui, Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) bakal dikeluarkan di atas lahan seluas 20.706 hektare, setara ⅓ luas daratan Pulau Sipora.
Namun, prosesnya ditengarai penuh skandal. Ada dugaan pemalsuan tanda tangan, juga upaya "membuang" usulan hutan adat di lahan konsesi perusahaan.
Sebagian masyarakat adat menentang, khawatir hutan sebagai sumber penghidupan dan identitas mereka terancam. Penebangan hutan juga berpotensi memperparah krisis ekologis di sana.
Editorial:
Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati, Malika
Sound Designer:
Bintang Elian
Liputan ini merupakan program kolaborasi media yang didukung oleh Depati Project
Usai Presiden Prabowo meneken Instruksi Presiden tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Merah Putih pada 27 Maret 2025, Kopdes dikebut sedemikian rupa. Targetnya, 80 ribu koperasi merah putih siap diluncurkan dalam tempo empat bulan. Di lapangan, kepala desa dan lurah kelimpungan. Tak lama usai diresmikan, sejumlah koperasi desa tutup, tak beroperasi. Akankan kopdes mengulang kisah yang sama seperti Koperasi Unit Desa (KUD) di era Presiden Soeharto? Pendirian koperasi dengan metode top-down policy kala itu terbukti gagal memajukan desa-desa di Indonesia.
[Disarankan menggunakan penyuara jemala atau headphone] Keadilan dan kesetaraan masih menjadi "barang super mewah" bagi kelompok ragam gender dan seksualitas di Indonesia. Beberapa bulan terakhir, kelompok LGBTIQ+ didera persekusi dan kriminalisasi. Di beberapa wilayah di Jawa Timur, polisi menangkap sejumlah orang hanya karena membuat grup komunitas ragam gender di Facebook. Di Jakarta dan Bogor, polisi menggerebek acara pertemuan dengan melabelinya sebagai pesta seks sesama jenis. Dipecat, Diusir, Dipersekusi, Dikriminalisasi seolah jadi realita hidup kelompok Ragam Gender di Indonesia. Mengapa begitu sulit mengubahnya? Simak ceritanya bersama Sindu Dharmawan di SAGA KBR.
(Disarankan menggunakan penyuara jemala atau headphone) Sorotan terhadap program Makan Bergizi Gratis tak juga berhenti. Di beberapa sekolah, menu yang dibagikan justru makanan kemasan yang berpotensi mengandung lemak trans tinggi. Disukai anak-anak, tetapi tak baik bagi kesehatan mereka. Mengapa ini bisa terjadi? Dan apa sebetulnya makanan tinggi lemak trans? Simak ceritanya bersama Sindu Dharmawan di SAGA KBR.
Liputan ini didukung program fellowship “Menguatkan Kesadaran Publik Tentang Konsumsi Lemak Trans” oleh Aliansi Jurnalis Independen dan Global Health Strategies.
(Disarankan menggunakan penyuara jemala atau headphone) Eva Meliani Pasaribu bertolak dari Karo, Sumatra Utara ke Jakarta dengan satu tekad: mencari keadilan. Empat keluarganya tewas mengenaskan. Ayah, ibu, adik, dan anak semata wayangnya diduga dibakar di dalam rumah.
Peristiwanya sudah berlalu setahun, tapi dalangnya belum ditangkap. Ada dugaan keterlibatan anggota militer dalam pembakaran. Disinyalir kasus itu terkait berita soal perjudian yang ditulis ayahnya, Rico Sempurna Pasaribu.
Bagaimana perjuangan Eva mencari keadilan. Simak kisahnya bagian kedua, habis.
Eva Meliani Pasaribu bertolak dari Karo, Sumatera Utara ke Jakarta dengan satu tekad: mencari keadilan. Empat keluarganya tewas mengenaskan. Ayah, ibu, adik, dan anak semata wayangnya diduga dibakar di dalam rumah. Peristiwanya sudah berlalu setahun, tapi dalangnya belum ditangkap. Ada dugaan keterlibatan anggota militer dalam pembakaran. Disinyalir kasus itu terkait berita soal perjudian yang ditulis ayahnya, Rico Sempurna Pasaribu.
Bagaimana perjuangan Eva mencari keadilan. Seperti apa awal mula peristiwa nahas ini terjadi? Simak kisahnya bagian pertama.
Wajah 79 tahun Polri masih dilekati dengan kekerasan, kesewenangan, dan impunitas. Berbagai kasus pelanggaran yang melibatkan polisi terus bermunculan, banyak pula yang berulang, misalnya tindakan represif ketika menangani unjuk rasa. Tak sedikit dari kasus-kasus tersebut dibiarkan tanpa diproses, apalagi dijatuhi sanksi.
Keberadaan Polri saat ini dianggap kian menjauh dari semangat Reformasi, bahkan berpotensi menjadi ancaman demokrasi. Tim SAGA KBR memotret salah satu insiden yang menampilkan wajah represif Polri. Simak laporannya yang dibacakan Heru Haetami.
—
Editorial: Siska Mutakin, Wahyu Setiawan, Ninik Yuniati
Sound designer: Bintang Elian
Dalam podcast ini:
Suasana peringatan Hari Buruh di sekitar Gedung DPR, X @barengwarga
Konferensi pers YLBHI Mengungkap Pelaku Kekerasan Sungguhnya pada Aksi Hari Buruh Internasional 2025
Sudah lebih dari satu dekade, Hutan Pelawan di Desa Namang, Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, aman dari ancaman alih fungsi lahan. Ini satu-satunya hutan pelawan yang dilindungi di Pulau Bangka. Warga desa dan pemda berkomitmen menjaga ekosistem hutan agar keanekaragaman hayati di dalamnya tetap lestari, termasuk jamur pelawan. Namun, berbagai ancaman muncul, mulai dari krisis iklim, limbah kebun sawit, hingga pencurian kayu. Seperti apa dampaknya terhadap hutan pelawan dan jamur pelawan, dua entitas kebanggaan masyarakat Bangka? Simak kisahnya di SAGA KBR yang dibacakan Astri Yuana Sari.
Tragedi Pemerkosaan Massal Mei 1998 terancam hilang dan terlupakan. Pemerintah, melalui Menteri Kebudayaan Fadli Zon, menyebutnya sebagai rumor.
Pernyataan kontroversial itu diucapkan Fadli Zon saat menjelaskan ihwal maksud penulisan ulang sejarah. Ia mengatakan penulisan ulang sejarah nasional bertujuan untuk mengklarifikasi rumor-rumor yang selama ini telah dianggap sebagai fakta sejarah. Politikus Partai Gerindra itu menjadikan peristiwa pemerkosaan massal sebagai contoh dari rumor yang ingin dia luruskan.
Pernyataan itu bukan saja dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah, pelecehan terhadap fakta yang sebelumnya sempat diakui oleh negara, tetapi juga bentuk kekerasan baru terhadap korban.
Heru Haetami akan membawa kita menengok kembali peristiwa yang tak mungkin bisa dihapus begitu saja dari sejarah bangsa ini, di SAGA KBR, edisi Kontroversi Penulisan Ulang Sejarah Bagian 1. Dibawakan Malika.
Kisah ini memuat deskripsi yang mungkin dapat memicu trauma.
Dalam podcast ini:
Suasana pemakaman mahasiswa Trisakti di Tanah Kusir Jakarta, arsip liputan 6 SCTV/youtube
Indonesia-Riots update, AP Archive/youtube
Indonesia -Violent protests continue, AP Archive/youtube
Pulau Bangka tak hanya punya timah, tetapi juga hutan pelawan dengan segala keanekaragaman hayatinya. Selama bergenerasi, masyarakat Bangka menjalin ikatan erat dengan hutan, sebagai sumber penghidupan. Dari pohon pelawan, mereka mendapatkan bahan pangan berkualitas, salah satunya jamur pelawan. Sayangnya, jamur ini kian sulit ditemui, karena hutan beralih fungsi menjadi tambang dan perkebunan. Di Desa Namang, sekitar 30 kilometer dari Pangkalpinang, ibukota Provinsi Bangka Belitung, ada hutan pelawan seluas 47 hektare yang masih dilindungi. Itu menjadi benteng terakhir pelestarian pohon dan jamur pelawan, kebanggaan masyarakat Bangka. Bagaimana perjuangan mereka? Simak kisahnya di SAGA KBR yang dibacakan Astri Yuana Sari.
Konflik lahan di Langensari, Sukabumi, Jawa Barat, antara petani dengan perusahaan pelat merah, PTPN, sudah berlangsung puluhan tahun. Pergantian pemerintahan tak mengubah nasib para petani. Mereka tetap direpresi, diintimidasi, dan terancam diusir dari tempat tinggal serta lahan garapannya. Sengketa berlarut di tanah eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN VIII ini menjadi cermin kegagalan janji manis reforma agraria. Terlebih, antrean kasus serupa juga masih panjang mengular, menanti keberpihakan negara terhadap rakyatnya. Simak selengkapnya di SAGA KBR.
Pemaksaan penggunaan jilbab di sekolah negeri masih terus terjadi. Praktik ini dikritik karena melanggar kebebasan berkeyakinan yang dijamin konstitusi. Para siswi yang menjadi korban, mendapat stigma, intimidasi, hingga perundungan.
Sungguh ironis, karena lingkungan pendidikan mestinya menyediakan ranah yang aman, tempat anak belajar perdamaian dan toleransi.
KBR merangkum cerita dan harapan sejumlah korban pemaksaan jilbab di sekolah negeri. Simak laporannya di SAGA KBR.