
Perbedaan fundamental antara tidak mempercayai sebuah klaim dan meyakini kebalikannya. Penulis berargumen bahwa menolak klaim "Tuhan ada" karena ketiadaan bukti bukanlah pernyataan bahwa "Tuhan tidak ada," melainkan sikap skeptis yang menunggu bukti. Dijelaskan pula bahwa beban pembuktian berada pada pihak yang mengklaim, bukan pada pihak yang meragukan, dan ketidakpercayaan memungkinkan kebebasan berpikir serta membuka ruang untuk penemuan. Sikap ini tidak sama dengan permusuhan terhadap orang beriman, melainkan integritas intelektual untuk mengakui ketidaktahuan. Pada akhirnya, ini adalah posisi jujur yang tidak menutup kemungkinan, tetapi juga tidak memberikan kepastian tanpa bukti.