
Pancasila bukan mati, tapi dibungkam.
Nilai-nilai yang dulu lahir dari keberanian spiritualSoekarno kini tereduksi jadi hafalan upacara dan jargon politik murahan.
Buku ini mengguncang kesadaran bangsa, yaitu membongkarbagaimana “Ketuhanan yang Berkebudayaan” diganti dengan “Ketuhanan yang MahaEsa”, mengapa revolusi yang dijanjikan Bung Karno berhenti di bibir, danbagaimana Pancasila sesungguhnya bukan ideologi, tapi kesadaran hidup yangbelum selesai diperjuangkan.
Dengan gaya reflektif dan tajam, penulis mengajak kitamenyalakan kembali api Pancasila yang bukan sebagai simbol, tapi sebagai lakuhidup bangsa yang sadar diri.
Inilah buku yang akan membuatmu mencintai Pancasiladengan cara yang baru, mencintai dengan keberanian, bukan kepatuhan.
“PANCASILA: Revolusi Tidak Pernah Selesai” bukan bukusejarah, tapi peringatan yang membangunkan kesadaran bangsa. Ia menggugat carakita beragama, bernegara, dan berpikir tentang kemerdekaan. Di balik setiapsila tersimpan pesan yang selama ini disembunyikan, bahwa Pancasila bukanideologi mati, melainkan laku hidup yang harus dihidupi. Buku ini tidakmengajakmu menghafal, tapi mempertanyakan, “apakah kita masih bangsa yangberjiwa merdeka, atau hanya rakyat yang hafal tanpa sadar?”