
Renungan pagi : SYEMA ISRAEL
Orang Israel menyebut Ulangan 6:4-9 sebagai syema. Kata syema berarti “mendengar dengan sungguh-sungguh dan menaatinya”. Syema ini begitu penting, sehingga mereka menuliskannya dalam potongan-potongan kecil perkamen, lalu dimasukan ke dalam kotak kulit kecil yang disebut teffilin. Teffilin ini diikatkan di lengan kanan dan dahi saat seorang pria Israel berdoa pada pagi hari dan ditempelkan di tiang pintu rumah.
Alkitab merumuskan pengakuan iman umat Allah dengan rumusan yang diungkapkan demikian: “Dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Pengakuan iman ini bukanlah rumusan Musa sebagai hasil pemikirannya, melainkan didasarkan atas pengalaman-pengalaman Musa dan pengalaman-pengalaman umat Israel sendiri, sejak Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Israel dan melepaskan Israel dari tanah perhambaan di Mesir. Di sepanjang sejarah, dari Mesir hingga di dataran Moab itu, yang kira-kira 40 tahun lamanya, Tuhan Allah telah memperkenalkan diri-Nya kepada Israel dan telah membuktikan kepada mereka dengan firman dan karya-Nya, siapa diri-Nya. Di sini diakui, bahwa Allah Israel adalah TUHAN atau YHVH.
Dengan nama ini Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu Israel. Sebagai sekutu Israel, Tuhan Allah adalah Allah yang setia, yang memenuhi segala janji-Nya. Dengan mengingatkan kepada nama itu, Musa bermaksud menekankan, bahwa TUHAN adalah setia, yang benar-benar telah memegang teguh kepada apa yang telah difirmankan dan diperbuat-Nya.
“Dengarlah hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Ayat ini merupakan suatu pengakuan iman yang wajib dilakukan setiap pagi dan malam, sesuai dengan tradisi Yudaisme.
Perkataan “kasihilah Tuhan Allahmu”, berarti menuruti segala perintah-Nya dengan tekad yang bulat, menaruh perhatian secara penuh kepada kepentingan-kepentingan Tuhan, dengan mengutamakan apa yang Tuhan kehendaki.
Perkataan “dengan segenap hati”, berarti menyerahkan segala proses pemikiran, perasaan, keputusan kita kepada Tuhan, untuk dituntun dan dimanfaatkan demi tercapainya kehendak Tuhan.
Perkataan “dengan segenap jiwamu”, berarti menundukkan serta mengabdikan segala perkara dan keinginan kita kepada kehendak Tuhan, sehingga segenap potensi serta perasaan yang ada di dalam diri kita menjadi sarana terlaksananya kehendak Tuhan.
Sedangkan perkataan “dengan segenap kekuatanmu” berarti bertindak sekuat tenaga untuk menegakkan hal-hal yang dituntut oleh firman Tuhan, serta tidak berbuat hal-hal yang dilarang olehNya.
Pengertian-pengertian ini menunjukkan bahwa bangsa Israel diminta oleh Tuhan untuk mengasihi, melayani, dan menaati Tuhan dengan segenap hati dan jiwa mereka. Melalui syema, Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total.
Syema ini:
1. Harus tertanam dalam hati orang Israel (ay. 6);
2. Harus tertanam dalam hati anak-anak Israel (ay. 7);
3. Harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ay. 7);
4. Harus menjadi identitas pribadi mereka (ay. 8); dan
5. Menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (ay. 9).