Menjaga Kedudukan Para Ulama adalah
kajian Fiqih Do’a dan Dzikir yang disampaikan oleh
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 6 Jumadil Awal 1447 H / 28 Oktober 2025 M.
Kajian Tentang Menjaga Kedudukan Para Ulama
Asy-Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzahullah menjelaskan, telah banyak keterangan dari salafush shalih tentang keutamaan ilmu.
Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri Rahimahullahu Ta’ala berkata:
مَا يُرَادُ اللّٰهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ، وَمَا طُلِبَ الْعِلْمُ فِيْ زَمَانٍ أَفْضَلَ مِنْهُ الْيَوْمَ
“Tidaklah diraih keridhaan Allah pada sesuatu yang lebih utama daripada menuntut ilmu. Dan tidaklah ilmu dicari di suatu waktu yang paling utama selain hari ini.”
Pernyataan ini menegaskan bahwa menuntut ilmu, jika diniatkan benar-benar mengharap keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, merupakan amal yang paling utama. Ketika Sufyan Ats-Tsauri, di zamannya yang banyak ulama, menyatakan menuntut ilmu itu sangat utama, maka bagaimana dengan zaman sekarang? Mengingat kini kebodohan merajalela, menuntut ilmu lebih ditekankan lagi urgensinya.
Oleh karena itu, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah pernah berpendapat bahwa jihad yang paling agung di zaman ini adalah menuntut dan menyebarkan ilmu.
Perbandingan Ilmu dan Amal di Dua Zaman
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadlih, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّكُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيرٌ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيلٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيرٌ مُعْطُوهُ، قَلِيلٌ سُؤَّالُهُ، الْعَمَلُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ، وَسَيَأْتِي زَمَانٌ كَثِيرٌ خُطَبَاؤُهُ، قَلِيلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيلٌ مُعْطُوهُ، فَالْعِلْمُ فِيهِ خَيْرٌ مِنَ الْعَمَلِ
“Sesungguhnya kalian berada di suatu zaman yang ulamanya banyak, penceramahnya sedikit, yang memberi banyak, yang minta-minta sedikit. Beramal di zaman itu lebih baik daripada berilmu. Dan nanti akan datang zaman yang penceramahnya banyak, ulamanya sedikit, yang minta-minta banyak, yang memberi sedikit. Maka, berilmu di zaman itu lebih baik dari beramal.” (HR. Tirmidzi)
Semakin ilmu dibutuhkan, semakin besar pahala menuntut ilmu saat itu.
Maimun bin Mihran Rahimahullah berkata:
إِنَّ مَثَلَ الْعَالِمِ فِي الْبَلَدِ كَمَثَلِ عَيْنٍ عَذْبَةٍ فِي الْبَلَدِ
“Sesungguhnya perumpamaan seorang ulama di suatu tempat itu bagaikan mata air segar di tempat tersebut.”
Sebagaimana mata air adalah sumber air minum, pengairan, dan kehidupan, demikian pula keberadaan ulama adalah sumber kehidupan hati, karena ilmu menghidupkan hati dan membimbing kepada kebaikan. Kehadiran seorang alim ulama di suatu tempat adalah rezeki (ghanimah) bagi masyarakat di sekitarnya.
Keutamaan Ulama Dibanding Ahli Ibadah
Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah, seorang tabi’in, berkata:
اَلْعَالِمُ خَيْرٌ مِنْ زَاهِدٍ فِي الدُّنْيَا مُجْتَهِدٍ فِي الْعِبَادَةِ، يَنْشُرُ حِكْمَةَ اللّٰهِ، فَإِنْ قُبِلَتْ حَمِدَ اللّٰهَ، وَإِنْ رُدَّتْ حَمِدَ اللّٰهَ