
Kehadiran Umar di ruang paripurna bukan hanya sebuah fantasi sejarah, melainkan cermin kolektif. Ia memaksa kita bertanya: apakah anggaran kita disusun untuk kesejahteraan rakyat atau untuk kemegahan kekuasaan? Apakah APBN adalah alat keadilan, atau sekadar daftar belanja politis?