Anas bercerita tentang nilai-nilai esensial dalam pendidikan yang menjadikannya media mengenal banyak orang dan belajar kembali menjadi manusia, keilmuan arsitektur, sistem pendidikan yang divergen, memberikan kebebasan peserta didik memilih jalannya menjadi arsitek yang seperti apa, dan kegelisahannya terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Mendidik arsitek, mendidik manusianya.

Yoris bercerita tentang fleksibilitas ilmu arsitektur, melatih kepekaan, dan harapannya terhadap perataan kualitas pendidikan di Indonesia.

Mutia bercerita tentang pendekatan arsitektur yang menyenangkan, melatih kepekaan, teori yang masih general, dominasi visual, dan keperluan adanya pemahaman yang mendalam. 

Dimas bercerita tentang kedekatan antara akademisi dan praktisi, harapannya menjadi arsitek yang baik, penjelajahan, dan harapannya tentang membuka pikiran dunia profesi.

Kirana bercerita tentang harapannya terhadap kurikulum dengan dunia profesi, meratakan kualitas pendidikan, lisensi, dan kolaborasi.