Kita mendengar suara statement seseorang itu dari mulutnya, membaca opini orang dari kata-katanya yang disusun. Tapi gak dipungkiri kita sering berpikir “dia nih siapa sih sebenernya? Sebagai apa?” Apakah ini pengaruh generasi? Sekarang ini di berbagai tempat kerja sedang bercampur tenaga kerja lintas generasi. Apa pengaruhnya dalam sebuah diskusi? +testimoni ttg host dari sang tamu

“Maksudnya Baik”, “Sekedar Mengingatkan” sampai “Kayanya” banyak banget muncul di berbagai platform selama masa quarantine ini. Aktivitas kita di media sosial ga bisa luput dari konflik, ya? Terus kalau ga ada medsos, emang ga akan ada konflik? Modkeskeun hadir kembali dengan seorang guest membahas social activism dari kacamata mas mas biasa.

Masa pandemi ini banyak orang memutar otak untuk membuat konten dengan kualitas yang beragam. Jadi bahan gibah di tongkrongan dan bikin mikir, ini kenapa sih masih ada aja konten “gini” saat negara kita kaya “gini”?

Ngabangus artinya ngebacot dalam bahasa sunda. Episode bonus ini diambil dari live instagram bersama Agoy Tombak, Sarjana hukum. Ngomongin masa lalu media sosial dan media masa di masa kami menuju dewasa

Katanya temen tapi kalau kita susah gamau bantu. Katanya temen tapi nyamperin kalau ada maunya doang. Katanya temen tapi ngatain mulu. Katanya temen tapi suka ninggalin. Katanya sahabat tapi banyak “katanya”. Nongkrong jadi ga asik kalau sama orang yang toxic. Tapi kalau ga nongkrong kesepian. Gimana dong? Modkeskeun episode kedua bakal ngomongin orang yang suka ngomongin kita di belakang. Apakah temen kita toxic? Atau justru malah kita yang toxic? Don’t get lost, just Modkeskeun!

"Dasar tukang pamer", "Kok lo ga bersyukur, sih?" dan banyak kalimat lainnya yang dinilai sebagai bentuk judging. Kenapa bisa ada hakim zaman sekarang? Tapi kan ada hakim ada "terdakwa", terus si terdakwa ini salahnya apa? Selamat datang di MODKESKEUN Episode I, dan pengalaman pertama seorang mas-mas biasa bikin podcast. Enjoy. Cover Design by Corry BGM by Gabriel Reyes