Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas topik tentntang keuangan lagi, tepatnya yaitu topik mengenai SAHAM DAN RESIKONYA. Nah topik ini terinspirasi oleh satu buku yang mungkin temen-temen sudah sering mendengarnya atau mungkin pernah melihatnya di social media yaitu buku berjudul Intelligent investor. Buku ini ditulis oleh Benjamin Graham yang merupakan dosen dari seorang triliuner Warren Buffett. Saya tidak akan membahas keseluruhan buku ini, tetapi saya akan mengambil prinsip-prinsip dasar yang dapat kita ambil dari buku ini yang dapat kita terapkan di kehidapan sehari-harti kita semua. Bagi teman-temen yang mungkin sudah banyak mengerti dengan SAHAM, temen-temen bole mempercepat podcast ini, dan memutarnya kembali ke bagian yang mungkin temen-temen anggap menarik. Bagi temen-temen yang mungkin belum pernah mendengar tentang saham, saya akan mencoba menjelaskannya dengan pemahaman dari buku ini. So Mari kita mulai temen2, Apa itu saham? judi atau investasi?

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang topik keuangan, tepatnya kita akan membahas buku dan mereview sebuah buku berjudul The Richest Man in Babylon. Buku ini ditulis pada tahun 1926 karya George S. Clason yang membagikan nasihat keuangan melalui kumpulan perumpamaan yang dibuat 4.000 tahun yang lalu di Babel kuno. Buku ini sudah cukup lama, Tapi saya merasa bahwa buku ini masih sangat relevan dengan kondisi saat ini dan banyak prinsip-prinsip yang bisa kita terapkan di hidup kita, dalam keuangan kita dan bahkan investasi kita. Saya juga akan mengambil contoh2 prakitkal supaya apa yang kita bahas kali ini dapat kita terapkan ke kehidupan sehari-hari kita semua, di kehidupan teman-teman semua.

Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas suatu topik yang berhubungan dengan uang dan psikologi manusia, dan tetang sesuatu yang sedang banyak dibicarakan pada saat ini yaitu mengenai currency, cryptocurrency, nft, dan uang itu sendiri. Atau mungkin ada beberapa dari teman-teman yang pernah memikirkannya atau mungkin pernah mencari tahu tentang hal ini. Yaitu sebernarnya uang datang dari mana sih? Bagaimana kita umat manusia menerima sebuah potongan kertas atau hanya sebuah angka di komputer sebagai sesuatu yang layak kita perjuangkan dengan menghabiskan delapan sampai sepuluh jam sehari untuk bekerja? 

Untuk menjawab pertanyaan itu, Saya akan membawa pembahasan kali ini dari sudut pandang sejarah, ekonomi, dan psikologi. Pertama-tama kita harus sadar dulu bahwa money atau uang adalah sebuah karya dari manusia. itu adalah sebuah human investion, dimana kita menggunakan uang untuk tujuan menyelesaikan sebuah masalah. Nah pertanyaannya, masalah apa gitu ya temen2? Untuk menjawab pertanyaan itu, saya akan membawa temen2 flash back ke sekita 5000 tahun yang lalu sebelum terciptanya uang.

Pada kesempatan kali ini saya akan memulai pembahasan dengan sebuah data yang saya ambil dari Badan Pusat Statistik. Berdasarkan Data survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada bulan September 2021 terdapat 9,71 persen masyarakat indonesia yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan. Angka pendapatan ini berada pada level 486.000 rupiah per Bulan. Dan jika kita perharikan, per harinya orang-orang ini hanya memiliki pendapatan sebesar 15rb rupiah perhari. Dan jika kita menganggap persentasi sebesar 9,71 persen hanyalah kecil, jika kita kalikan dengan jumlah penduduk indonesia yang sebesar 270 juta penduduk, terdapat 26 juta orang yang berada di bawah garis kemiskinan atau memiliki pendapatan 15 ribu per hari. Angka yang sangat mengejutkan.

Di sisi lain, kita mungkin pernah mendengar sebuah frase yang menyatakan bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan dan orang yang mengatakan itu kepada kita mungkin memiliki banyak uang, tetapi mungkin mereka tidak sepenuhnya salah. Saya pikir yang lebih mendekati kebenaran adalah memiliki uang bukanlah segalanya. Tidak memiliki uanglah. Kanye West pernah mengatakan itu. Dan sementara saya tidak selalu menerima nasihat keuangan dari seorang rapper, Kanye west mempunyai poin yang cukup bagus. Ketika kita tidak punya uang, itu menjadi sumber banyak masalah, frustrasi, dan kemarahan. Itu menghabiskan hidup kita dan menjadi lensa yang dengannya kita melihat dunia

Link Paper Prof Daniel Kahneman : https://www.pnas.org/content/pnas/107/38/16489.full.pdf 

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sebuah kisah tentang seseorang bernama Amelia Earheart. kisah ini saya ambil dari buku berjudul The Obstacle is the Way yang ditulis oleh Ryan Holliday. Amelia Earhart lahir pada tahun 1897. dan sejak kecil dia sudah bercita-cita ingin menjadi seorang pilot yang hebat, tetapi saat itu tahun 1920-an. Orang-orang masih berpikir bahwa wanita itu lemah, dan tidak bisa apa-apa. Bahkah hak pilih bagi seorang perempuan belum berusia satu dekade. Jadi di beberapa tahun sebelumnya wanita tidak memiliki hak untuk memilih pemimpin negaranya. Akibat kondisi pada saat itu, Amelia Earheart tidak bisa mencari nafkah sebagai seorang pilot, jadi dia mengambil pekerjaan sebagai pekerja sosial. Kemudian, suatu hari teleponnya berbunyi. Pria di telepon itu memiliki tawaran yang cukup ofensif.

Jadi, ada beberapa poin penting untuk benar-benar memahami mengapa kisah Amelia Earhart menjadi sangat penting, dan mengapa merelakan ego kita menjadi begitu penting. Yang pertama adalah bahwa peristiwa-peristiwa itu berada di luar diri kita. Peristiwa tidak baik atau buruk. Mereka hanyalah hal-hal yang terjadi. Mereka tidak ada hubungannya dengan kita. Itu tidak terjadi karena sesuatu yang kita lakukan, dalam banyak kasus. Itu tidak terjadi karena kita dihukum karena sesuatu. Mereka hanya terjadi begitu saja. Persepsi kita tentang peristiwa itulah yang menciptakan makna. kita memberikan makna pada sesuatu yang sepenuhnya di luar diri kita.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas beberapa hal yang sangat luar biasa dan saya ingin membagikannya ke teman-teman semuanya. Saya ingin memulai dengan gagasan tentang piramida perilaku seseorang. Ada empat level dalam tahapan perilaku seseorang. Tingkat pertama adalah hasil. Satu tingkat di bawahnya adalah aksi atau action. Satu tingkat di bawahnya adalah pikiran atau thoughts. Dan satu tingkat lebih dalam di bawahnya adalah keyakinan atau belief. Jadi kepercayaan berada di dasar piramida. Artinya, keyakinan kita memengaruhi pikiran kita, dan pikiran kita mengarah pada tindakan kita, dan tindakan kita menciptakan hasil yang kita lihat di dunia. Jadi, kebanyakan orang memfokuskan sebagian besar energi mereka untuk mengubah tindakan mereka, di tingkat paling atas piramida. Saya yakin kita semua pernah mengalaminya - kita pernah pernah membaca sesuatu hal baru- strategi baru, productivity hack yang baru, apa pun itu - dan kita akan menerapkannya ke dalam hidup kita. Kemudian beberapa bulan ke depan itu tanpa kita sadari kita berhenti melakukannya dan cepat atau lambat kita akan menyerah.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas lebih tepatnya seekor induk kalkun. Kalkun adalah satu spesies binatang yang memiliki ciri khas penyayang terhadap anak-anaknya. Penelitian telah menunjukkan bahwa ada suara tertentu - suara “Chip chip” , atau "kicauan" yang merupakan pemicu otomatis yang ada pada kalkun. Hal ini terjadi melalui proses evolusi yang panjang. Apa yang terjadi adalah ketika seekor kalkun mendengar suara ini, itu hampir seperti sebuah tombol saklar di dalam pikiran kalkun. ketika mendengar suara ini, seekor induk kalkun akan segera pergi untuk mengasuh dan merawat anak-anaknya. Hal ini terjadi secara evolusi dan sudah terprogram di dalam pikiran kalkun untuk bertahan hidup, dan sifat ini berhasil membawa kalkun bertahan hidup dan berkembang biak hingga hari ini. Tapi di sinilah hal itu menjadi sangat menarik temen2: kita akan membahas satu hewan lagi yang disebut polecat. saya sudah mencari bahasa indonesia dari binatang polecat ini dan sayangnya saya tidak menemukannya. Mungkin ini adalah hewan khas yang ada di luar indonesia. Tapi intinya, Polecat adalah hewan yang merupakan salah satu predator alami dari kalkun. Dan yang menarik, Jika kita mengambil suara itu dan merekamnya, dan kemudian kita meletakkannya di atas boneka polecat, Kalkun akan segera pergi ke boneka tersebut dan mulai memeliharanya, seperti salah satu anak ayamnya. Hal ini merupakan reaksi yang cukup mengejutkan, terutama ketika kita mempertimbangkan fakta bahwa jika kita tidak memiliki rekaman suara "chip chip" di boneka polecat tersebut, kalkun akan segera menjadi benar-benar gila dan dengan kejam menyerang boneka polecat tersebut dengan cakarnya. Mengapa kalkun melakukan itu?

Profesor psikologi terkenal Robert Cialdini, penulis buku Influence, menyatakan bahwa respon otomatis ini disebut dengan istilah Click Wirr respons. bagaimana seekor kalkun menjadi begitu bodoh sampai-sampai mereka merawat predator mereka sendiri karena mendengar suara kicauan, lalu jika mereka tidak mendengar suara khusus ini, mereka tiba-tiba membalik dan menyerang predator mereka. Dan hal yang menarik adalah, seperti yang telah ditunjukkan Robert Cialdini, dan banyak peneliti psikologi lainnya, fenomena ini sebenarnya adalah fenomena respon otomatis yang diprogram dalam pikiran kalkun, dan ternyata manusia juga memiliki banyak respon otomatis yang selaknya dimiliki oleh seekor kalkun.

Pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak temen2 untuk melihat bagaimana otak kita sering menipu kita tentang bagaimana kita melihat sebuah kenyataan. Ada begitu banyak hal yang terjadi dan pikiran kita benar-benar tidak dapat menangani dan memproses semuanya. Dalam satu detik, ada begitu banyak informasi sehingga otak kita akan meledak jika kita mencoba memproses semuanya. Tapi apa yang dilakukan otak kita karena cara mereka berevolusi, karena banyaknya informasi yang berlebihan, Otak kita menseleksi informasi yang tak terhingga itu menjadi sejumlah data terbatas yang kemudian disimpannya, dan sisa data itu tidak ada lagi.

Dengan menyadari fenomena ini, kita semua sadar bahwa apa yang kita liat tentang suatu peristiwa terkadang bukan merupakan representasi yang benar akan suatu peristiwa. Dalam banyak hal, apa yang sebenarnya kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah deskripsi akurat tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saya akan membahas lebih detail melalu podcast ini. Enjoy the podcast dan semoga bermanfaat.

Selective Attention Test : https://www.youtube.com/watch?v=vJG698U2Mvo 

Pada kesempatan kali ini, saya akan membawa temen2 semua ke dalam sebuah buku yang berjudul “Law of human nature”. Buku ini ditulis oleh Robert green yang sebelumnya pernah menulis buku best seller seperti Mastery, the 48 laws of pewer dan lainnya. Saya ingin membahas buku ini karena saya percaya buku ini memiliki potensi untuk mengubah hidup temen2, untuk benar-benar mengubah cara kita memandang dunia. Saya ingin memulai dengan menceritakan sebuah kisah yang ada di buku ini. Dan cerita ini menyangkut seorang pria bernama John Blunt, seorang pengusaha Inggris terkemuka di awal abad ke-18. Mr. Blunt adalah direktur utama sebuah perusahaan bernama South Sea Company. Dan pada saaat itu, pemerintah Inggris memiliki hutang yang sangat besar, lebih dari negara lain mana pun dalam sejarah, sebagai akibat dari membiayai semua perang yang mereka lakukan. hutangnya bernilai sekitar 31 juta pound dan ini adalah hutang yang sangatlah besar pada saat itu.

Pada episode kali ini, kita akan membahas sebuah buku yang cukup menarik berjudul Psychology of Money. Buku ini ditulis oleh Morgan Hausel. Morgan Housel adalah partner di sebuah perusahaan bernama The Collaborative Fund. Beliau juga merupakan mantan kolumnis di The Motley Fool dan The Wall Street Journal. Dia adalah pemenang dua kali Best in Business Award dari Society of American Business Editors and Writers, pemenang New York Times Sidney Award, dan finalis dua kali untuk Gerald Loeb Award untuk Distinguished Business and Financial Journalism. 

Premis dari buku ini adalah bahwa berhasil dengan uang sangatlah sedikit berkaitan dengan seberapa pintar kita dan banyak hubungannya dengan bagaimana kita berperilaku. Dan perilaku adalah hal yang sulit untuk diajarkan, bahkan untuk orang yang benar-benar pintar. Seorang jenius yang kehilangan kendali atas emosinya bisa menjadi bencana. Sebaliknya, orang biasa tanpa pendidikan finansial bisa menjadi kaya jika mereka memiliki beberapa keterampilan perilaku yang tidak ada hubungannya dengan ukuran kecerdasan formal.

Pada episode kali ini, saya akan membahas satu buku berjudul Mindset. Buku Mindset ditulis oleh seorang psikolog yang berasal dari Standford University bernama Prof Carol Dweck. Beliau telah melakukan penelitiannya selama puluhan tahun tentang pencapaian dan kesuksesan orang-orng hebat, baik itu CEO, pengusaha, atlit. Dan dari hasil penelitiannya, beliau menuangkannya dalam buku ini. Beliau menemukan bahwa yang menjadi dasar pencapaian orang-ornag sukses adalah cara/ atau pola pikir mereka memandang sesuatu atau disebut mindset. Secara khusus, pada kesempatan kali ini, kita akan berbicara tentang perbedaan antara apa yang disebut fixed mindset dan growth mindset. saya telah mencari istilah bahasa indonesia yang cocok untuk kedua istilah tersebut namun saya belum menemukan yang cocok. Jadi izinkan saya untuk menggunakan istilah fixed mindset dan growth mindset dalam bahasa inggris. Carol Dweck menjelaskan dengan sangat rinci tentang kedua hal ini, tetapi hal yang menarik tentang perbedaan antara fixed minset dan growth mindset adalah, perbedaan kedua pola pikir ini dapat dideteksi sejak usia empat tahun. Dan Carol Dweck telah melakukan penelitian dengan anak-anak sebelum masuk ke taman kanak2 dan beliau telah melihat bahwa anak mulai menunjukkan ciri-ciri dalam mindset tertentu pada usia dini. Dan, tentu aja, perbedaan itu terus terlihat di sepanjang kehidupan anak-anak ini seiring bertambahnya usia.

Hari ini kita akan membahas satu topik yang baru-baru ini menjadi buah birir baik di internet maupun di kalangan para milenial. Jadi ada sebuah fenomena aneh yang terjadi secara online, dan saya merasa perlu untuk menjelaskannya ke temen2 semua. Nah segala fenomena ini dapat dijelaskan dengan tiga huruf, yaitu NFT. NFT adalah singkatan dari non fungible token. Saya akan membahas tentang tentang hal ini dari sudut pandang yang lebih luas. Semoga bermanfaat dan Enjoy the podcast