Usia seperempat abad memang rentan dengan berbagai kecemasan-kecemasan akan masa depan, pekerjaan, juga finansial atau juga dikenal dengan biasa quarter life crisis. Hal itu wajar di rasakan oleh setiap manusia yang sedang menjalani masa perkembangan usia dewasa awal, dimana kita di tuntut untuk mandiri dan lepas dari zona nyaman orang tua, juga tidak jarang tuntutan sosial berhasil membawa kita pada kecemasan (anxiety) yang ujung-unjungnya membuat kita stres..

Kami di pertemukan dalam sebuah forum yang ternyata memiliki kesamaan frekuensi tentang kegamangan di masa quarter life crisis ini, mereka membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan apa saja harapan yang ingin di capai, juga tentang hati yang resah akan masa depan. Meskipun dalam pembicaraan ini tidak di tuntut untuk memecahkan solusi, akan tetapi kita menemukan sedikit cahaya terang agar hidup tetap dijalani dengan penuh nilai dan makna. Berdamai dengan diri sendiri, self love dan gratitude, adalah salah satu cahaya yang kita sepakati untuk menerangi masa-masa ini.

Suara Kita: @rglmhd @fikri_tanzil @fjrin @febriyanto.budi

Dinamika relasi sangat umum terjadi pada setiap relasi yang dibangun oleh manusia sebagai mahluk sosial. Relationship tidak terbatas pada konteks hubungan emosional percintaan juga tentang persahabatan, pertemanan, pekerjaan bahkan relasi dengan alam dan mahluk lainnya. Hanya saja sering kali kita dibuat rumit dengan toxic yang membuat hubungan tidak sehat. Bagaimana seharusnya kita membuat relationship yang baik dan sehat? Bukankah kesehatan dalam berelasi membuat kita menjadi bahagia? Bagaimana pula menyikapi hubungan yang sehat pada situasi social distancing? Merespon sebuah momentum International Day of Happinness, kita membuka ruang diskusi untuk mengupas bagaimana makna relasi yang sehat, dan baik. |Bersama Muhammad Rezza Septian, M.Pd. Akademisi/Praktisi Pendidikan | Rekaman ini dilakukan secara jarak jauh, mohon maaf jika ada gangguan suara, semata-mata hanya untuk menyikapi social distancing dan WFH | FYI, tadinya diskusi ini akan dilakukan pada tanggal 21 Maret 2020 tetapi karena kondisi sedang tidak memungkinkan, maka kami ganti dengan podcast.

Haloo, kami dari mengupas makna. Hadir dari sebuah tongkrongan kopi, duduk melingkar dan otak berputar. Membicarakan kehidupan, peristiwa, isu, juga canda tawa. Setelah semua berlalu, ternyata kami menyadari bahwa setiap orang dari pembicaraan itu memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Ada yang berdasarkan sudut pandang keilmuan, pengalaman, bahkan sudut pandang satire. Saat itu juga kami berpikir, bahwa obrolan kopi yang sederhana mungkin dapat kita abadikan atau bagikan dengan khalayak umum. Dengan mengusung sebuah tagline Mengupas Makna kami yakin bahwa apapun dapat dibedah, di kupas dan dikuliti dengan pisau yang berbeda-beda. Begitupun dengan pemikiran dapat dikupas dengan sudut pandang yang beragam. Semoga keberadaan Mengupas Makna dapat menyuguhkan segelas kopi, duduk melingkar dan otak berputar