
BETAH
Tiada tempat yang lebih baik di dunia ini selain rumah sendiri. No place like home! Demikian ungkapan yang sudah biasa dipakai dalam pergaulan kita. Ungkapan ini memiliki arti yang pasti diakui kita semua yaitu bahwa rasa betah yang paling dinikmati ialah ketika berada di rumah sendiri. Rasa betah bisa berarti menikmati hidup sesuai dengan kemampuan dan kehendak setiap orang. Semua situasi dan perbuatan berlangsung dalam prinsip “home is my kingdom”. Aturan yang berlaku selalu dalam batas toleransi dan pengertian antar anggota dalam semangat persaudaraan.
Selebriti Dian Sastrowardoyo pernah berkata dalam sebuah wawancara bahwa ia itu tipe orang rumahan. Alasannya sangat sederhana: karena ia suka suasana rumah sendiri yang ditata sesuai dengan selera sendiri. Di dalam rumah sendiri, ia mengidolakan kamarnya dan di dalam kamarnya ia bersatu dengan PC-nya. Itu versinya Dian. Apa versi Anda masing-masing? Rasa betah di rumah sendiri mesti dikuatkan dengan elemen-elemen yang mengikat rasa, pikiran dan pilihan kita sehingga rumah benar-benar sebuah home yang pasti terbaik dari semua tempat lain di dunia ini. Kita masing-masing punya sesuatu favorit di rumah kita. Orang yang perjaka atau perawan tua pun meski tinggal sendirian pasti menjadikan rumah dan keistimewaan di dalamnya sebagai favorit. Apalagi mereka yang berkeluarga dan berkomunitas, mestinya lebih menikmati home-nya rumah mereka.
Sebagai seorang biarawan dan imam Salesian, saya menganggap bahwa komunitas saya di Wisma Salesian Don Bosco, Sunter, Jakarta, adalah saksi utama rasa betah saya. Faktor paling pertama untuk menumbuhkan rasa betah atau at home ini adalah konsep yang terbentuk dalam pikiran bahwa saya secara pribadi yang harus menciptakan rasa betah. Segala usaha dilakukan sedemikian untuk dapat menjadi cocok dengan situasi dan siapa saja supaya ada rasa nyaman dan gembira. Segala sesuatu yang lain akan menyusul dengan sendirinya karena saya sendiri yang akan menghadapi dan mengurusinya.