
Kerajaan BARATA KAHEDUPA adalah bagian dari kerajaan Buton yang berumur lebih dari lima abad, berakhir pada masa pemerintahan sultan ke -38, La Ode Muhamamad Fahili (1938-1960). Barata Kahedupa dipimpin oleh Lakina Kahedupa yang biasa dipanggil Waopu. Setiap Limbo atau wilayah adat dipimpin oleh seorang Bonto.
Sebelumnya, jauh sebelum menjadi Kerajaan Kahedupa yang kemudian berubah menjadi Barata Kahedupa, di Pulau Kahedupa (Kaledupa) telah ada kerajaan-kerajaan kecil yang bermukim di bukit-bukit yang ada di pulau ini. Kerajaan-kerajaan ini dikenal dengan nama Sara-sara Fungka.
Pada tahun 1056 H (1635 M) berdasarkan atas suatu kesepakatan bersama antara Raja Kahedupa XI bernama La Ode Asiwadi, La Ode Battini (Mia Dao), Sultan Buton VI bernama La Buke dan Sapati Balluwu yang bernama La Ode Arafani pada akhirnya Kerajaan Kahedupa bergabung dengan Kesultanan Buton. Kerajaan Kahedupa kemudian menjadi Barata Kahedupa dengan wilayah yang meliputi Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi) yang berpusat di Keraton Bente Togo. Bergabungnya Kerajaan Kahedupa dengan Kesultanan Buton adalah untuk memperluas penyebaran agama islam dan sebagai bagian untuk membangun kekuatan pertahanan Wilaayah Timur Kesultanan Buton dari ancaman Kerajaan Ternate, Kerajaan Gowa dan ancaman Belanda (VOC). WILAYAH BARATA KAHEDUPA DI PULAU KALEDUPA
Wilayah Barata Kahedupa di Pulau Kaledupa dibagi dalam 2 Kadie dan 7Limbo (wilayah adat) yang kemudian dibagi dalam 2 wilayah besar yakni ;
1. Wilayah Umbosa (Timur) yang meliputi:
a. Limbo Tombuluruha
b. Limbo Kiwolu
c. Limbo Tapa’a
d. KadieLangge
e. Limbo Tampara
2. Wilayah Siofa (Barat) yang meliputi:
a. Limbo Watole
b. Lombo Ollo
c. Kadie Laulua
d. Limbo Lefuto