
(Roma 3:20-31; Titus 1:2)
KEBENARAN dalam kekristenan mempunyai dua sisi yaitu kebenaran berdasarkan hukum (dekaiosume) dan kebenaran berdasarkan pribadi (aleitheia). Kebenaran berdasarkan hukum mengajarkan hukum-hukum TUHAN termasuk percaya kepada Yesus Kristus yang terus memimpin kita untuk hidup dalam kebenaran dan keselamatan yang Tuhan karuniakan bagi kita. Kita beribadah kepada TUHAN agar rahasia-rahasia kebenaran TUHAN dibukakan bagi kita. Kebenaran ilahi menjadi dasar sebelum kita melakukan kebenaran-kebenaran lain di dunia ini, baik terhadap Tuhan, orang tua, sesama maupun diri sendiri. Kebenaran tidak datang dengan sendirinya. Kita perlu mencari, menggali, membaca, mempelajari firman TUHAN. Banyak kisah-kisah kebenaran yang ada dalam Alkitab yang bisa menjadi inspirasi, contoh atau panutan untuk kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan kebenaran pribadi itu kebenaran yang ada dalam diri yang kita peroleh setelah kita percaya kepada Yesus dan melakukannya. Kebenaran berani menampilkan diri, pemberi kebenaran. Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus, Ia menyatakan diri-Nya sebab Dialah kebenaran itu (Yoh.1:9 – fos to aletinon kebenaran yang sejati, murni, tulen, 100%). Oleh sebab itu, kita akan melakukan segala sesuatu dalam kebenaran baik dalam ibadah, pelayanan, pekerjaan, rumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dll. Motivasi kebenaran itu satu dan itu benar. Contoh, ketika kita datang beribadah kita memiliki satu motivasi yang benar yaitu untuk menyembah dan beribadah kepada Tuhan.
Hakekat Kebenaran :
1. Memiliki kepastian.
2. Kebenaran itu bukan mitos / dongeng / ajaran isapan jempol / tahayul.
3. Kebenaran membawa keberhasilan dan kehidupan bukan kesesatan dan kematian.
4. Kebenaran itu tidak tersembunyi.
5. Keberadaan kebenaran itu penemuan manusia.
6. Kebenaran membukakan fakta-fakta yang tersembunyi.
Alkitab mau menuntun kita untuk mengenal ciri-ciri kebenaran :
1. Bertentangan dengan dosa (Ay. 20)
2. Iman atau percaya kepada Yesus (Ay.26)
3. Ada sinkronisasi atau pengecualian iman secara tidak langsung dengan hukum taurat (Ay.31)
Kebenaran memiliki banyak kegunaan bukan hanya di dunia ini, namun hingga hidup kekekalan.