Karinding merupakan alat musik khas Jawa Barat yang terbuat dari pelepah daun enau atau kawung. Selain itu, alat musik ini bisa juga dibuat dari bilahan bambu kecil. Dalam bahasa #Sunda , #karinding berasal dari ungkapan "ka ra da hyang", yang berarti diiringi doa Sang Maha Kuasa. Namun ada juga yang mengartikan Karinding sebagai sumber bunyi. Yakni kata 'ka' yang berarti sumber, dan 'rinding' berarti #bunyi .
Simak obrolan seru tentang alat musik bambu Bersama Mukslis Ponco dari Institut Karinding Nusantara dan Rizal Mahfud, Sahabat Pandu Banten.
Podcaster : Lintang Banun Nastiti Narasumber; Mukhlis Ponco (Komunitas Budaya Institut Karinding Nusantara); Rizal Mahfud (Komunitas Boeatan Tjibalioeng)
Topik : Healing dengan Karinding
Perpustakaan Ditjen Kebudayaan yang berada di Gedung E Lt. 11 Kemendikbudristek.
Koleksi buku-buku tentang alat musik tradisional daerah bisa di akses lewat https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.... Koleksi Digitalnya juga ada di https://repositori.kemdikbud.go.id
Bagi urang Sunda, hidup itu seperti peribahasa "Kudu Bisa Kabulu Kabale", artinya harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan di mana pun berada. Hidup di zaman modern juga bukan berarti harus meninggalkan budaya karuhun. Maka itu, Kang Dora Dori, Kang Anyun dan Kang Ohang akan mengupas apa saja keunikan budaya karuhun dan kiwari yang dikemas dalam konsep jenaka. Yuk nguping BORANGAN di episode keempat ini. BORANGAN diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Ardko (Ardan Komunika)
Seiring dengan perkembangan Budaya “West” kata Kang Anyun Cadel, banyak orang Sunda kalau berpakaian seperti kekurangan bahan. Apa sih maksudnya? Apakah benar urang Sunda sekarang sudah melupakan jati dirinya? Yuk kita nguping BORANGAN di episode ketiga ini. BORANGAN diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Ardko (Ardan Komunika).
Kemajuan zaman bukan berarti melupakan budaya leluhur kita. Banyak kebudayaan unik Sunda yang tidak kalah menarik dibanding dengan budaya modern. Bersama Kang Dora Dori dan Kang Ohang yang akan membedah keanekaragaman budaya Sunda yang sudah jarang kita temui sekarang, melalui episode kedua bertemakan Carita Harita. Kira-kira, apa saja sih ciri khas orang Sunda zaman dulu selain tidak bisa bilang huruf 'F'? Yuk kita nguping BORANGAN di episode kedua ini. BORANGAN diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Ardko (Ardan Komunika).
BORANGAN (Ngabodor Babarengan) merupakan bedah budaya Sunda yang dikemas dalam komedi bersama Kang Dora Dori, Kang Ohang & Kang Anyun Cadel. Membahas jati diri Urang Sunda sebagai bagian dari kebudayaan Nusantara serta membedah seni & budaya Sunda untuk memperkaya karakter bangsa Indonesia, dilihat dari perspektif budaya karuhun & budaya kekinian. BORANGAN diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Ardko (Ardan Komunika)
Oetimu, 1998. Satu jam sebelum para pembunuh itu menyerang rumah Martin Kabiti, di malam final Piala Dunia, Sersan Ipi menjemput lelaki itu dengan sepeda motornya. Ia telah menyediakan jamuan kecil di pos polisi yang ia tinggali. “Datanglah ke rumah. Nonton pertandingan final, dan berbahagialah bersama saya!” Apakah kebahagiaan benar datang pada Sersan Ipi malam itu? Apakah ia jadi menikah dengan Silvy dua minggu kemudian? Apakah Brazil bisa mengalahkan Prancis? Inilah sepenggal kisah dari Orang-orang Oetimu.
Dimainkan oleh Ayushita Nugraha sebagai Silvy, Eka Putra Nggalu sebagai Sersan Ipi, Megs Seto sebagai Am Siki dan Christine Hakim sebagai narator. Alih wahana dari novel berjudul Orang-Orang Oetimu karya Felix K. Nesi. Alih Wahana oleh Yosep Anggi Noen. Sutradara oleh Gunawan Maryanto. Produser Happy Salma dan Yulia Evina Bhara. Diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media.
Malam baru saja menyelimuti kota Manhattan. Kilau cahaya di permukaan sungai Hudson membuat gelap tak terlalu mutlak. Tapi sepi seperti arus yang menjalar tenang dan perlahan mengembara di seantero kota, di antara dinding-dindingnya yang dingin dan remang. Di sebuah apartemen, Jane dan Marno dirundung bosan yang tak gampang ditepiskan. Keduanya duduk di sofa memandang ke luar jendela. Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas martini.
Alih wahana dari cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam. Dimainkan oleh Nino Kayam sebagai Marno, Tara Basro sebagai Jane dan Maudy Keosnaedi sebagai narator. Alih Wahana oleh Iswadi Pratama. Sutradara oleh Gunawan Maryanto. Produser Happy Salma dan Yulia Evina Bhara. Diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media.
Sekali ini – seperti biasanya bila jam malam telah sampai – ia terkenang kembali pada Kebayoran. Terlalu besar daya penarik daerah itu untuknya. Ia ingin bertemu kembali dengan lakinya, Saleh; dengan adiknya, Khatijah; dengan emaknya, – semua yang dikenalnya dahulu sejak kecil, dan yang juga dikenalnya terus dalam hatinya. Tapi antara dia dan Kebayoran dan orang-orang yang dikasihinya itu tak lagi ada jembatan yang tersedia. Jembatan yang satu-satunya itu sudah lama hancur. Dihancurkan oleh ketakutannya. Dan ia tetap tercancang di taman Fromberg. Tercancang oleh suatu kemestian.
Alih wahana dari cerpen Berita dari Kebayoran karya Pramoedya Ananta Toer dalam kumpulan cerpen Cerita dari Jakarta. Dimainkan oleh Lulu Tobing sebagai Khatidjah, Najwa Shihab sebagai Aminah, Chico Jericho sebagai Diman dan Mathias Muchus sebagai narator. Sutradara & Alih Wahana oleh Gunawan Maryanto. Produser Happy Salma dan Yulia Evina Bhara. Diproduksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media.