Gunawan Maryanto membacakan salah satu cerita pendeknya berjudul Pergi Ke Toko Wayang di Frankfurt Book Fair 2015.
"Akhirnya aku mengajakmu ke toko wayang. Itu janjiku sejak tahun lalu. Barulah sekarang aku bisa melunasinya. Betapa sulit menjelaskan kepadamu bahwa wayang kulit itu harganya mahal. Bahwa aku harus mengumpulkan uang berbulan-bulan atau terpaksa menghutang untuk bisa membelinya. Kamu hanya tahu bahwa aku sayang kamu dan aku akan memberikan segalanya untukmu. Kamu benar. Aku akan memberikan seluruh yang kupunya untukmu. Anakku satu-satunya..."
Gunawan Maryanto bergiat sebagai penulis dan sutradara dari Teater Garasi: Laboratorium Penciptaan Teater. Karya-karya tulisnya berupa prosa dan puisi serta kritik seni pertunjukan terpublikasikan lewat Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Bernas, BlockNotProse, BlockNotPoetry, On/Off, Jurnal Kolong Budaya, Jurnal Puisi, Jurnal Prosa, Jurnal Cerpen, Jurnal Kalam dan LeBur Theater Quarterly. Bukunya yang telah terbit adalah Waktu Batu (sastra lakon, ditulis bersama Andri Nur Latif dan Ugoran Prasad, IndonesiaTera 2004), Bon Suwung (kumpulan cerpen, InsistPress 2005, Longlist Khatulistiwa Award 2005) dan Galigi (kumpulan cerpen, Penerbit Koekoesan 2007, LongList Khatulistiwa Award 2007). Pada tahun 2004 puisinya yang berjudul Kupanggil Kau Batu mendapat nominasi Anugrah Sih Award dari Jurnal Puisi dan tahun 2007 puisi Jineman Uler Kambang mendapat Anugrah Budaya dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk Media Cetak dan Elektronik katagori puisi. 1 cerpen dan 3 puisinya masuk ke dalam 20 Cerpen Indonesia Terbaik dan 100 Puisi Indonesia Terbaik Anugerah Sastra Pena Kencana 2008 (PT. Gramedia Pustaka Utama). Juga pernah diundang untuk membacakan karyanya di Bienal Sastra Internasional Utan Kayu 2005 dan Ubud Writers and Readers Festival 2006.
Radio Buku menjadi tempat pelaksanaan tahlilan hari ketiga Iman Budhi Santosa. Setelah tahlil dan doa bersama, diadakan obrolan singkat buku Almarhum Mas Iman yang berjudul "Suta Naya Dhadhap Waru" bersama Muhidin M Dahlan. (12 Oktober 2020)
Iman Budhi Santosa adalah seorang sastrawan legendaris yang berasal dari Magetan. Ia dididik di kampus pertanian namun mengembangkan dirinya dalam dunia kesusastraan. Di tahun 1960-an, sebagai pemuda yang mendamba kebebasan, Iman dan kawan-kawannya mencoba menduduki jalan Malioboro sebagai tempat bercengkrama seniman dan sastrawan. Sudah itu, Malioboro tumbuh dan berkembang bersama dunia Iman.
Annie Tucker lahir di New York pada 1980. Ia adalah seorang penerjemah buku-buku Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Karya-karya yang diterjemahkan antara lain Cantik Itu Luka, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, Gadis Kretek, dan lain sebagainya. Annie pertama kali datang ke Indonesia pada 2001. Sebagai kutu buku, ia mencari buku-buku berbahasa Indonesia yang menariknya. Karya-karya Pramoedya Ananta Toer dan Okky Madasari menjadi salah satu yang ia sukai.
_____
Pertemuan dengan buku adalah perjumpaan yang penting dalam masa hidup seseorang. Buku menjadi jalan menuju dunia yang begitu luas. Dari buku yang dibaca, terbentuk pemikiran yang dijalani sebagai perbuatan. Ya, buku adalah bagian integral kemanusiaan. Seri Buku Pertamaku menceritakan tentang pertemuan seseorang dengan buku. Yang mula, yang penting, dan yang terus menancap di dada.
Twitter itu alat buat mengoceh, seperti kamu ngomong teriak-teriak supaya semua semua orang tahu apa yang kamu pikirkan. Nah, komunikasi macam apa sih yang terbentuk dari kebiasaan kita pakai Twitter? Mari dengarkan Filsafat Kaki Lima episode Twitter.
---
Semua orang pasti merasakan pengaruh warung kaki lima sebagai wadah insan bertukar pikiran. Mulai dari obrolan klise tentang cuaca sampai kegalauan milenial atas eksistensialisme, semua ada. Lalu, apalagi pisau paling asyik untuk membedah topik-topik sehari-hari selain filsafat? Ya, Filsafat Kaki Lima hadir untuk membedah topik sehari-hari dari perspektif filsafat yang merakyat. Seri ini dibawakan Sholahuddin Ningrat, Filsuf Jalanan kesayangan kita.
Kadang-kadang kita perlu merayakan seusatu. Kalau tidak ada yang dirayakan, ya diada-adakan, biar seru. Karena hidup ini seperti pesta yang panjang. Tapi, apa saja yang mesti diperhatian dari merayakan sesuatu? Mari dengarkan Filsafat Kaki Lima episode Perayaan.
---
Semua orang pasti merasakan pengaruh warung kaki lima sebagai wadah insan bertukar pikiran. Mulai dari obrolan klise tentang cuaca sampai kegalauan milenial atas eksistensialisme, semua ada. Lalu, apalagi pisau paling asyik untuk membedah topik-topik sehari-hari selain filsafat? Ya, Filsafat Kaki Lima hadir untuk membedah topik sehari-hari dari perspektif filsafat yang merakyat. Seri ini dibawakan Sholahuddin Ningrat, Filsuf Jalanan kesayangan kita.
Kita suka yang serba cepat. Kita suka makan mie instan yang cuma dimasak lima menit sudah bisa langsung dimakan. Kita juga suka kirim chat yang hitungan detik pesan sampai, daripada surat yang perlu waktu berhari-hari baru sampai. Ini memang eranya instan. Kita menikmati kemudahan ini. Tapi jelas tidak semua yang instan itu baik. Ada banyak yang mungkin lebih baik kalau dilakukan pelan-pelan. Mari simak Filsafat Kaki Lima episode Budaya Instan!
---
Semua orang pasti merasakan pengaruh warung kaki lima sebagai wadah insan bertukar pikiran. Mulai dari obrolan klise tentang cuaca sampai kegalauan milenial atas eksistensialisme, semua ada. Lalu, apalagi pisau paling asyik untuk membedah topik-topik sehari-hari selain filsafat? Ya, Filsafat Kaki Lima hadir untuk membedah topik sehari-hari dari perspektif filsafat yang merakyat. Seri ini dibawakan Sholahuddin Ningrat, Filsuf Jalanan kesayangan kita.
Siapa yang tak mengenal Eka Kurniawan? Seorang Novelis Indonesia yang namanya mulai mencuat di dunia penulisan internasional. Ia telah menerima beberapa penghargaan. Eka mulai dikenal melalui karyanya Cantik Itu Luka yang dirilis tahun 2002. Novel ini telah diterbitkan ke dalam bahasa asing. Ia adalah Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada. Cerpen pertamanya dimuat di harian Bernas, Yogyakarta, dengan judul: Hikayat Si Orang Gila. Skripsinya "Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis", telah diterbitkan sebagai buku juga.
