*Mendidik anak shalih bukan dimulai dari usia kanak-kanak. Namun justru bisa dimulai sejak bayi di dalam kandungan rahim sang ibu.*
Ada hubungan yang erat antara sang janin dengan kata-kata dan perilaku kedua orang tuanya.
Ada komunikasi hangat antara sang calon bayi dengan ayah ibunya. Karenanya, ketika sang ayah mengelus perut sang ibu, di ‘dede’ di dalam sana acapkali bergerak-gerak. Tanda menjawab komunikasi erat dengan ayahnya.
Begitu pula, manakala sang ayah sedang marah-marah, lalu melampiaskan amarahnya kepada sang ibu. Hampir dipastikan, sang bayi dengan nalurinya akan merasakan gelisah, tak tenang, hingga menggeloat-geliat, seolah ingin protes agar sang ayah menghentikan amarahnya. “Kasihan ibu, sudah mengandungnya, membawa-bawanya ke manapun pergi, diajak tiduran miring sudah, telantang beratm apalagi tengkurap…..”, kurang lebih ujar sang bayi.
Dalam hubungan kepada Allah ﷻ Sang Pencipta, pun telah terjadi komunikasi antara bayi di dalam kandungan dengan Sang Khalik.
Di dalam Al-Quran disebutkan bagaimana komunikasi itu terjadi.
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰۛ شَهِدۡنَآۛ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ (١٧٢)
Artinya: “Dan [ingatlah], ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka [seraya berfirman]: “Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab: “Betul [Engkau Tuhan kami], kami menjadi saksi”. [Kami lakukan yang demikian itu] agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami [bani Adam] adalah orang-orang yang lengah terhadap ini [keesaan Tuhan]”. (QS Al-A’raf [7]: 172).
Dari ayat Al-Quran tersebut dapat diketahui bahwa ruh manusia sudah mengakui keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di sini Allah menjelaskan kepada umat manusia mengenai keesaan-Nya melalui bukti-bukti yang terdapat di alam semesta ini.
💐Berikut ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh para ibu hamil (bumil), juga tentu oleh bapaknya sebagai kepala keluarga penentu arah rumah tangga.
Di antaranya:
🌻 *Rajin membacakan do'a*
Doa yang dibaca untuk memperoleh anak shalih-shalihat seperti dicontohkan adalah doa Nabi Zakariya untuk sang cabang bayi, yaitu yang terdapat di dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 38:
رَبِّ هَبۡ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً۬ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik (shalih). Sesungguhnya Engkaulah Maha pendengar doa.” (QS Ali Imran [3]: 38).
🌻 *Sering dilantunkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an*
Biasakanlah para bumil untuk sering membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an agar dapat didengar oleh sang bayi di dalam kandungan. Begitu juga dengan sang ayah agar selalu membaca Al-Qur’an di dekat sang ibu, untuk diperdengarkannya kepada calon anaknya di dalam kandungan ibunya.
Ini diharapkan melalui gelombang imani, nilai-nilai kandungan Al-Quran itu akan masuk ke dalam jabang bayi. Sehingga apabila bayi terlahir nanti, maka ia akan menjadi anak yang mencintai ayat-ayat Al-Quran, memiliki keinginan untuk menghafal Al-Quran. Dan pada puncaknya punya motivasi kuat untuk mengamalkan isi Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
🌻 *Mengajak berbicara dengan kalimat thayyibah*
Lakukanlah komunikasi Islami dengan bayi di dalam kandungan dengan kalimat-kalimat yang baik (kalimat thayyibah). Menurut medis, pada pekan ke-25 atau bulan keenam masa mengandung, janin sudah dapat mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya, seperti suara ibu dan ayahnya.
Untuk itu, maka ajaklah janin untuk berbicara dengan mengelus-elus perut. Misalnya ketika mau shalat, sang ibu berkata dengan penuh kasih sayang, “Ayo dede, umi mau shalat, karena shalat merupakan kewajiban setiap Muslim, juga kewajiban dede nanti kalau sudah dewasa.”
Show more...