Untuk kesekian kalinya konflik Palestina-Israel meledak kembali. Konflik yang menarik perhatian, simpati, dan juga benci dari seluruh dunia. Kali ini, ilmuwan sosial humaniora pun banyak yang bergeser pandangannya dari posisi mereka pada konflik-konflik sebelumnya. Bagaimana seharusnya kita merasakan dan memikirkan konflik ini? Mengapa setiap pemikiran dan perasaan itu selalu siap disalahkan oleh warganet? Apakah kita benar-benar harus mengambil posisi agar menjadi manusia yang manusiawi?
Kami mengajak Anda untuk mampir ngobrol bersama Laboratorium Psikologi Politik UI, tempat di mana isu sensitif seperti ini dibahas tanpa penghakiman. Bersama Mbak Whinda, Mbak Vinaya, Bang Ihsan dan Ki Naufal, konflik ini dibahas dari ambil posisi, teori psikologi sosial terkini, hingga relevansi anime Attack on Titan/Shingeki no Kyojin sebagai alat diskusi yang efektif bagi generasi muda.
Mari sejenak kita berpetualang mengenali perasaan dan pemikiran kita mengenai konflik paling relevan bagi seluruh penjuru bumi saat ini..
Penyakit dan obat, banyak penelitian perilaku seksual dan hubungan interpersonal kita berputar dalam perspektif tersebut. Kita seakan terpisah dari komunitas saintifik internasional yang membahas topik ini secara lebih mendalam dan mencakup lebih banyak sisi.
Bersama Dr. Wahyu Rahardjo dan Ahmad Naufalul Umam, M.Si., kedua guest editor untuk terbitan khusus Jurnal Psikologi Sosial berjudul "Perilaku Seksual dan Hubungan Interpersonal di Indonesia" membahas tantangan dan keseruan meneliti topik ini.
Dalam episode kali ini, kita akan mendengarkan kisah awal para editor tersebut tergelitik untuk menggeluti bidang ini, pengalaman unik dalam membimbing skripsi, dan observasi keduanya terhadap iklim penelitian di masyarakat yang masih menganggapnya tabu.
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Layanan Psikologi (UU PLP) disahkan, banyak yang mulai bergerak untuk merumuskan keprofesian di bidangnya masing-masing. Bersama dengan ketua IPS, (((Profesor))) Mirra Noor Milla, kita membahas:
Bagaimana gambaran mereka yang berprofesi di bidang psikologi sosial? (04:33)
Di titik mana praktisi psikologi yang non-psikolog tidak bisa lagi memberikan layanan? (19:39)
Bagaimana calon-calon ilmuwan psikologi sosial dapat mulai membentuk portofolio karir yang maknyus? (47:05)
Bagaimana jika kita melihat kesehatan mental langsung ke dalam prosesor rasa dan pikiran dalam diri kita? Agnes Sianipar berbagi bersama Pisang Goreng dalam episode kali ini untuk membahas bagaimana bahasa berperan besar terhadap afeksi kita, apakah tubuh kita meminta kita untuk menjadi bahagia ataukah itu akal-akalan pikiran mamalia kompleks kita saja, dan beberapa "biological hack" untuk mengenali hormon-hormon yang bertanggung jawab atas kebahagiaan kita
Indonesia punya undang-undang baru yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 22, atau "Undang-Undang Pendidikan dan Layanana Psikologi". Selama ini kita tahu bahwa di samping kerja keras menjaga kesehatan mental dan penanganannya, ada banyak bidang lain yang diampu oleh ilmuwan dan praktisi psikologi, termasuk para pegiat psikologi sosial. Hal ini yang masih jarang diketahui orang bahwa menjadi praktisi psikologi bisa juga mengambil peminatan diluar profesi atau klinis. Apa yang bisa kita lakukan dengan psikologi sosial? Dan apa implikasi UU baru ini pada praktek psikologi ke depan? Dalam episode ini kita membahasnya bersama Brigjen TNI Purn. Dr. Eri R. Hidayat dan Dicky C. Pelupessy, Ph.D
“Perempuan itu emosional dan mentingin penampilan aja!” Mau setinggi apapun pendidikan perempuan, mereka jarang diberikan peran yang vital karena dianggap tidak akan mampu secara profesional mengembannya. Entah karena dianggap emosional, atau bakal hanya mementingkan penampilan atau citra diri saja. Jangan salah sobat, kaum pria pun tak ada ubahnya, tengok saja politisi dan influencer yang gemar nampang foto dan ambil keputusan pakai perasaan secara kilat. Terus dari mana label "emosional" ini berasal hmmm? Simak selengkapnya di episode ini bersama Whinda Yustisia, M.Sc., PhD candidate di Loyola University Chicago
Tindakan ekstremisme terkenal selalu berbau ideologis dan politis? Tapi ternyata juga bisa berlandaskan nafsu seksual juga lho. Kok bisa? Bisa dong, di episode kali ini kami mencoba mengurai dua jalur seseorang menuju tindakan ekstrem yang dimotori oleh pikiran dan hasrat seksualnya, juga dua jenis manifestasi perilaku ekstrem yang mungkin terjadi.
Ogah pakai masker karena engap! Covid-19 adalah akal-akalan elit global! Vaksin akan membuatmu menjadi bluetooth device berjalan! Sayang sekali vaksin tidak bisa membuat kita sekalian jadi router wi-fi, sayang sekali juga ide-ide seperti ini masih menghambat kita untuk bersama-sama mencegah persebaran virus ini. Melihat dari perspektif psikologi sosial, kami mengajak Anda untuk masuk menyelami isi pikiran para Covid-deniers.
[TRIGGER WARNING] Topik pelecehan seksual dari menit ke 30:00 hingga akhir.
Jagad ruang maya sempat dihebohkan oleh BTS Meal dan dugaan pelecehan oleh ikon badboy nusantara. Seperti biasa, keributan warganet selalu setia menyertainya. Apa yang begitu spesial dari selebritas sih sampai banyak pembelanya seperti itu? Kenapa untuk suatu hal yang rasanya nggak penting/salah pun juga masih ada yang mendukungnya?
Ya ya ya, di mana-mana orang membicarakan dan kesal akan adanya panjat sosial. Tapi sejak kapan peradaban manusia mengenal panjat sosial? Lalu bagaimana mekanisme psikologis seseorang untuk bermanuver pansos di dalam komunitasnya? Dr. Joevarian Hudiyana berbagi pengalamannya mendalami perburuan signifikansi diri yang ternyata secara natural ada di dalam setiap orang
Masyarakat agraris dan segala mistisismenya.. sebenarnya apa sih yang direpresentasikan oleh kepercayaan mistis ini? Kenapa di jaman sekarang masih ada yang percaya hal-hal seperti ini? Diskusi tentang jarak sosial dan ketidakpastian hidup mungkin bisa sedikit memberikan gambaran.
"Belajar yang rajin nak, nanti kerja yang bener. Kalau kamu sukses nanti semua wanita akan datang sendiri padamu" nasihat Ibu kepada anaknya ini baik tapi... benarkah pria cukup menjadi sukses biar menarik? Kenapa daya tarik perempuan ngga bisa dilepaskan dari penampilannya? Simak selengkapnya di episode ini!
Selamat datang di podcast resmi Ikatan Psikologi Sosial, "Pisang Goreng" alias Psikologi Sosial Ngajak Ngobrol Bareng! Di sekapur sirih ini, kita akan mengawali dengan pembicaraan utama: Apa, sih, psikologi sosial itu?