
“Indonesia menyaksikan tak surut juga sepak terjang Munir memperjuangkan hak-hak orang teraniaya. Seolah seperti seorang pendekar silat Cina yang digdaya, dia ada di mana-mana, menangkisi setiap upaya menghantam warga yang tak punya banyak daya. Dan saya percaya, tak jarang dia justru yang harus jadi tameng, babak belur untuk semua yang diperjuangkannya. Hidup di bawah ancaman, waktu kerja yang tak mungkin punya pola, dan yang pasti mesti terus mempertahankan cara hidup yang amat sederhana.”
Testamen Munir Ep. 8 menampilkan obituari karya Haidar Bagir (Direktur Utama Kelompok Mizan) yang menceritakan tentang keteladanannya pada sosok Munir. Semasa hidup, Munir terus memperjuangkan hak-hak orang yang teraniaya lebih dari dirinya sendiri. Meninggalnya sosok Munir ialah duka atas keadilan di Indonesia. “Cermin Munir amat bening, sehingga semua bopeng wajah saya terlihat jelas didalamnya.” tulis Haidar Bagir.
Obituari karya Haidar Bagir akan dibacakan oleh Popo (seniman dan juru masak)− yang akan menceritakan nilai-nilai keteladanan atas sosok Munir menurut Haidar Bagir.