
"Cak, aku ingin mengenang sampeyan sebagai pribadi yang religius. Ya, filsafat hidup dan pergulatan iman sampeyan. Cak, sampeyan meyakinidan pernah mengatakan kepadaku dan kepada Bung Ulil Abshar Abdalla bahwa Islam mesti menawarkan agama bagi orang yang tertindas; memberi jawaban terhadap problem sosial sehingga orang ditindas tidak begitu saja diam, tetapi memberi perlawanan. Sementara, elemen-elemen non tertindas, secara langsung memiliki kewajiban untuk membantu mereka dan menjamin tercapainya titik yang diinginkan untuk memberhentikan penindasan. Itu yang sampeyan sebut sebagai masyarakat Islam."
Testamen Munir episode 10 menampilkan obituari berjudul "Bayang-Bayang Sahabat" karya Sandyawan Sumardi (aktivis sosial) yang bercerita mengenai persahabatannya dengan Munir. Sandyawan Sumardi mengenal Munir ketika masuk di YLBHI akhir 1996. Selanjutnya, kerja-kerja advokasi HAM, seperti Tragedi 27 Juli dan Kasus Orang Hilang 1996, Tragedi Mei 1998 dan Semanggi 1999, Tragedi Aceh, dsb... keduanya saling bahu membahu untuk menyelesaikan problem hak-hak asasi manusia. "Selamat jalan, Cak Munir. Terima kasih sahabat.... sampeyan nyaris tidak pernah mabuk karena pujian yang semakin menjulang....." tulis Sandyawan Sumardi dalam obituarinya.
Memperingati #16TahunPembunuhanMunir, obituari karya Sandyawan Sumardi akan dibacakan oleh Iksan Skuter (seniman musik).