
Dibawakan oleh Tuti Budiman dari Paroki Curug, Gereja Santa Helena di Keuskupan Agung Jakarta, Indonesia. Roma 9: 1-5; Mazmur tg 147: 12-13.14-15.19-20; Lukas 14: 1-6.
BERSAKSI DEMI YESUS KRISTUS
Renungan kita pada hari ini bertema: Bersaksi DemiYesus Kritsus. Ketika Rasul Paulus menulis kepada umat di Roma, ia menegaskandengan penuh keyakinan bahwa ia “mengatakan kebenaran dan tidak berdusta”tentang imannya kepada Yesus Kristus (Roma 9:1). Pernyataan ini bukan sekadarpembelaan diri, melainkan kesaksian dari seseorang yang berani melepaskansegala yang dahulu menjadi kebanggaannya.
Sebagai seorang Yahudi yang taat dan terdidik dalamhukum Taurat, Paulus memiliki kedudukan yang terhormat di tengah bangsanya.Namun, ketika ia mengenal Kristus, seluruh hidupnya berubah. Ia harusmeninggalkan zona aman tradisi lamanya demi kebenaran Injil yang ia temukandalam Yesus. Ia menemukan hidup baru di dalam Yesus Kristus yang menobatkannyadan membimbingnya kepada kebenaran.
Paulus mengalami pergulatan batin yang mendalam karenakeputusan imannya itu membuatnya terpisah dari saudara-saudaranya sebangsa. Iaberduka karena banyak orang Yahudi yang menolak Kristus, padahal dari merekalahjanji keselamatan itu berasal. Dalam penderitaan batin itu, Paulus menyadaribahwa kesetiaan kepada Kristus kadang berarti memikul salib perpisahan — bahkandari mereka yang kita kasihi. Namun, ia tidak berhenti di dalam kesedihan. Iamenjadikan luka itu sebagai kesempatan untuk bersaksi, karena baginya, mengenalKristus jauh lebih berharga daripada segala hal yang pernah ia miliki.
Di sinilah kita belajar bahwa bersaksi demi Kristustidak selalu berarti berbicara lantang atau berkhotbah di hadapan banyak orang.Bersaksi juga berarti keberanian untuk tetap setia kepada kebenaran Injilmeskipun kita harus kehilangan kenyamanan, relasi, atau pengakuan dunia. Paulusmenunjukkan bahwa iman sejati tidak berhenti pada pengakuan bibir, tetapidiwujudkan dalam hidup yang berubah. Dalam Kristus, ia menemukan makna baru:bukan lagi hidup menurut hukum, melainkan hidup dalam kasih karunia yang memerdekakan.
Yesus sendiri sudah menunjukkan bahwa kebenaran dankasih yang Ia bawa akan memisahkan antara yang percaya dan yang menolak.Ajaran-Nya tentang hari Sabat menjadi contoh nyata: sementara banyak orangmenaati aturan dengan buta, Yesus mengutamakan cinta kasih dan keselamatanmanusia. “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat,”kata-Nya (Mrk 2:27). Sabda ini menyingkapkan bahwa iman yang sejati bukan soalritual, tetapi soal hati yang rela mengasihi. Maka, mereka yang mengikuti Yesusharus siap menghadapi pemisahan — antara mereka yang menutup diri dalam aturan,dan mereka yang terbuka pada kasih yang menyelamatkan.
Seperti Paulus, kita pun dipanggil untuk bersaksi demiYesus Kristus di zaman ini. Dunia modern menawarkan banyak hal yang tampakmenarik, tetapi sering menenggelamkan nilai kebenaran dan kasih. Bersaksi bagiKristus berarti berani memilih kasih di tengah kebencian, kejujuran di tengahkepalsuan, dan pengampunan di tengah dendam. Kesaksian seperti inilah yangmembuat Kristus tetap hadir di dunia: bukan hanya lewat kata, tetapi lewathidup yang menjadi cermin kasih-Nya.
Marilah kita berdoa. Dalam namaBapa … Ya Allah yang mahakuasa, jiwailah kami dengan Roh-Mu yang mengajarkankami dalam segala kebenaran. Semoga kami semakin mampu bersaksi tentangkebenaran-Mu. Kemuliaan kepada Bapa … Dalam nama Bapa …