
Dibawakan oleh Pastor Peter Tukan, SDB dari Komunitas Salesian Don Bosco Gerak di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. Roma 11: 29-36; Mazmur tg 69: 30-31.33-34.36-37; Lukas 14: 12-14.
MEMBERI SAJA DANTIDAK MENGHARAPKAN BALASAN
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Memberi Saja DanTidak Mengharapkan Balasan. Seorang pemuda berusia 28 tahun pada akhirnyamemutuskan untuk menikah. Ia sudah pertimbangkan segala sesuatu dengan matang,khususnya melamar perempuan yang menjadi calon istrinya. Sebelumnya, iamenaksir sejumlah teman perempuannya, tetapi kedua orang tuanya tidak merestui.Mereka punya alasan yang kuat dan dapat diterima oleh pemuda itu. Jadi iasungguh mempertimbangkan nasihat orang tua dalam memilih calon istrinya.
Pemuda itu kemudian menyampaikan rasa puas dan senangnyakepada bapa dan mamanya. Dalam menuruti itu, ia menyadari bahwa pilihan merekajustru sesuai dengan pilihannya. Ia berkata kepada orang tuanya bahwa cinta danperhatian mereka kepadanya merupakan perbuatan memberi dan tetap memberi, sejakdalam kandungan ibu sampai saat ia hendak menikah. Orang tua memberi segalanyakepada anak dan tidak pernah meminta balasannya. Menurut pemuda itu, ketika iamenuruti dan mengindahkan nasihat atau bimbingan mereka, ia justru dapatmemberi suatu balasan atas semua kebaikan yang telah diterimanya.
Memberi merupakan tindakan keluar dari diri sendiri supayasampai kepada orang lain atau dunia di sekitarnya. Yang diberikan dapat berupabenda nyata dan yang tidak nyata. Jika pemberian itu bermaksud sebagai suatuperhatian dan bantuan, maka tindakan memberi itu sebagai sebuah cinta kasih.Orang yang dipenuhi semangat cinta kasih, selalu memberikan dari dirinya tanpaharus mempertimbangkan bahwa ia menjadi rugi atau berkekurangan. Ditambah lagi,jika ia memberi dan terus memberi, sambil tidak mengharapkan balasan, ituadalah suatu pemberian yang sejati. Pemberian yang diinginkan oleh Tuhan.
Sebenarnya kita tidak perlu kawatir, bahwa dengan terusmemberi, pada suatu ketika kita tidak dapat memberi lagi karena kita tidakmemiliki apa-apa lagi. Kekawatiran ini sangat normal, karena pandangan yanghanya bergantung pada kekayaan materi yang dimiliki. Padahal kita masih memilikikekayaan rohani atau non-materi. Kekayaan rohani itu sifatnya abadi, misalnyakebijaksanaan dan kasih karunia Tuhan. Ketika kita kekurangan bahkan sampaikehabisan kemampuan rohani itu, kita tentu akan memintanya dari Tuhan.
Tindakan kasih dalam memberi bersumber dari Tuhan sebagaipemberi yang utama. Santo Paulus mengatakan di dalam bacaan pertama, bahwasegala sesuatu berasal dari Allah, sehingga Ia sesungguhnya tidak membutuhkanbalasan. Semuanya adalah rahmat. Demikian juga Tuhan Yesus di dalam Injil,meminta kita untuk mengasihi tanpa mengharapkan balasan untuk dikasihi juga.Hal ini sama dengan menolong orang miskin atau berkekurangan, di mana iasesungguhnya tidak punya kemungkinan untuk membalas pemberian itu.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Ya Bapa maha kuasa,aku mempercayakan hidupku ke dalam tangan-Mu, jadikanlah aku berguna bagisaudara dan saudariku. Kemuliaan kepada Bapa ... Dalam nama Bapa ...