
(12 Juli 2020)
Romo Adrian Adiredjo, OP
[Bacaan Injil : Matius 13 : 1 - 9
(Hari Minggu Biasa ke-15)]
Dikatakan dalam injil hari ini adalah bahwa Sang Penabur adalah Kristus sendiri, Ia merupakan seorang penabur yang luar biasa. Tentunya, ketika ingin menabur kita harus bisa menyiapkan tanhannya dengan sabaik-baiknya, agar apa yang ditabur dapat tumbuh dengan baik. Akan tetapi, Yesus menaburkan benihnya diberbagai tanah, antara lain, yang berbatu, berduri, bersemak dan tanah yang bagus sekalipun. Ini menandakan bahwa Yesus adalah seorang yang murah hati. Sabda-Nya ditaburkan kepada semua orang agar dapat hidup disetiap orang. Sabda Allah dapat diterima manusia bukan semata-mata karena kecerdasan manusia, melainkan karena sabda itu turun dari Allah sendiri yang menjadi manusia untuk bisa membuka rahasia Kerajaan Allah. Jika sang penabur yaitu adalah Yesus dan tanahnya adalah manusia, lalu mengapa sabda itu tidak bisa tumbuh? Mengapa ada banyak orang meskipun sudah mendengarkan sabda Allah tidak dapat hidup berkelimpahan? Daam injil dikatakan bahwa tanah untuk menabur benih merupakan hal yang penting. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia memiliki peran untuk bisa menerima sabda Allah itu sendiri. Hal ini dikarenakan manusia merupakan mahluk yang beda dari ciptaan Allah lainnya, karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. Diperlukan sebuah pengolahan dari manusia bagaimana untuk bisa menerima sabda Allah, yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita sama seperti tanah berduri atau berbatu yang tidak bisa ditanami oleh sang penabur. Kadangkala Yesus mengetuk hati kita untuk dapat menjawab panggilan-Nya, tetapi karena hati manusia yang keras dan tertutup, membuat sabda Allah sulit untuk dapat dicerna oleh hati kita. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia yang jahat, tetapi karena kebiasaan manusia yang melakukan dosa secara berulang-ulang membuat hatinya sulit untuk menerima Allah. Kita perlu belajar untuk bisa terbuka terhadap sabda Tuhan, pertama-tama dengan membuka hati kepada Tuhan. Jangan sampai hati kita tertutup karena kesombongan, iri hati, dan rasa dengki yang dimiliki manusia. Diperlukan kemampuan untuk bisa menjauhi hal-hal yang sifatnya duniawi, diperlukan sebuah keputusan apakah ingin mengikuti sabda Tuhan atau ingin mengikuti keinginan diri sendiri? Kulaitas hidup kita tergantung dengan apa yang diambil dalam keputusan sehari-hari, semakin kita hidup dalam sabda Tuhan, maka kita akan semakin kuat. Tuhan menciptakan manusia untuk bisa menjadi partner-Nya dan kita merupakan tanah-Nya harus terus diolah agar sabda Tuhan dapat tumbuh dalam hati kita.