
Konsep generation gap pertama kali dibahas di Barat tahun 1950-an oleh sosiolog Karl Mannheim. Awalnya, ini hanya menjelaskan perbedaan pengalaman sejarah antar generasi.
Namun di zaman digital, istilah ini berubah jadi komoditas: dipakai oleh media, perusahaan, bahkan algoritma untuk memecah pasar dan menciptakan tren.
Mengapa narasi ini harus kita waspadai? Karena secara perlahan, narasi ini membuat kita meragukan upaya untuk menjaga kesinambungan nilai Islam.
Jika anak muda menganggap generasi tua dan ajaran mereka “tidak relevan”, maka ilmu dan adab tidak lagi dirasa perlu diwariskan — melainkan dicari lewat dunia maya tanpa sanad, tanpa bimbingan.
Dan jika orang tua merasa “tidak akan dimengerti”, mereka pun berhenti menasihati, berhenti membimbing.
Padahal, Islam justru menjaga ketersambungan dan kesinambungan generasi. Mewujudkan generasi tangguh dan tidak lemah merupakan kewajiban generasi sebelumnya.
Karenanya kita melihat Rasulullah ﷺ ke sahabat, dari sahabat ke tabi’in, hingga ulama dan guru-guru kita hari ini — semua bersambung dalam sanad ilmu, akhlak dan peradaban.
#generationgap
#gapgenerasi
#gapkomunikasi