
Delapan puluh tahun lalu, tepat pada 14 Oktober 1945, rakyat Semarang dari berbagai kalangan bersatu melawan pendudukan tentara Jepang dalam peristiwa heroik yang dikenal sebagai Pertempuran Lima Hari di Semarang. Dipimpin oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu, Mr. Wongsonegoro, para pemuda menuntut Jepang menyerahkan senjata untuk mempertahankan kemerdekaan, namun upaya tersebut berubah menjadi pertempuran sengit yang menelan banyak korban, termasuk gugurnya dr. Kariadi.
Bagaimana latar belakang sosial dan politik yang memicu terjadinya Pertempuran Lima Hari di Semarang? Selain itu, apa makna perjuangan para pemuda Semarang kala itu bagi generasi muda saat ini?
NS : Koordinator Program Studi S2 Kajian Sejarah, Universitas Negeri Semarang/ M . Shokheh, S.Pd., M.A., Ph.D.