
Pada suatu hari ada seorang kepala sekolah SD Jinjo mengalami suatu masalah. Alat music organ yang didatangkan dari Amerika tiba-tiba mengalami kerusakan, Organ tersebut tidak dapat mengeluarkan suara. Organ tersebut merupakan sumbangan seorang pegawai perusahaan perdagangan di Hamamatsu, sumbangan tersebut diberikan untuk kegiatan menyanyi di sekolah dasar Jinjo. Organ tersebut sangat langka dan mahal pada waktu itu, sebagai perbandingan untuk mendapatkan 20 kg beras = 1 Yen, dan harga organ diatas dari 45 Yen.
Saking berharganya organ tersebut dikunci dalam suatu ruangan kelas dan harus dengan izin sekolah untuk melihat organ tersebut. Kepala sekolah telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki alat musik tersebut namun tidak mendapatkan hasil. Hingga akhirnya kepala sekolah mendengar tentang reputasi Torakusu Yamaha dan memintanya memperbaiki alat musik tersebut.
Setelah mendapat kepercayaan memperbaiki alat tersebut, Yamaha mencoba mencari tahu kerusakan dari alat tersebut, Yamaha mengerjakan dengan sangat hati-hati mengingat alat musik tersebut berharga mahal. Berbekal pengetahuan dalam membuat jam, dalam waktu singkat Yamaha telah menemukan cara memperbaiki alat tersebut. Bahkan dengan kepandaiannya Yamaha mampu membuat blue print struktur bagian dari organ tersebut dalam kepalanya.
Kepala sekolah ingin agar Yamaha memperbaiki alat musik tersebut secepatnya. Yamaha mendapat ide dan menyampaikan gagasannya kepada pihak sekolah, menurut Yamaha dia mampu membuat alat musik organ tersebut dengan harga 3 Yen dan nantinya alat musik tersebut dapat ditempatkan disemua sekolah dasar di Jepang sehingga Jepang tidak perlu mengimpor produk luar negeri yang harganya mahal. Jiwa nasionalisme Yamaha untuk Negaranya sangat kuat sehingga dia ingin agar negara Jepang dapat memproduksi sendiri alat musik tersebut untuk kepentingan nasional.
Setelah mendapat tanggapan dari pihak sekolah Yamaha meminta kenalannya, Kisaburo Kawai seorang pengrajin perhiasan agar bergabung dengannya untuk membuat contoh alat musik organ.
Setelah mencoba berulang kali selama dua bulan akhirnya Yamaha dapat membuat organ pertamanya.
Mereka lalu membawanya ke sekolah dasar di Hamamatsu dan perguruan tinggi di Shizouka agar dapat menilai hasil karya mereka.
Merasa tidak puas dengan hasil penilaian tersebut, Yamaha dan Kisaburo memutuskan untuk membawa hasil karya mereka ke Ongaku Torishirabejo Institut Musik, atau yang sekarang Universitas Seni Tokyo, Depertemen Musik di Tokyo Jepang.
Tekad dan semangat mereka sungguh luar biasa mengingat medan yang harus mereka lalui tidak mudah. Pada saat itu jalur Tokaido hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki antara Shibanshi (Tokyo) dan Kozu (Kota Odawara).
Mereka harus membawa organ tersebut yang digantung diatas bahu mereka dan melintasi pegunungan Hakone, yang dikenal paling terjal dinegara itu.
Semangat seperti ini memang pantas menjadi teladan buat orang-orang yang ingin sukses.