Salah satu hari suci agama Hindu yang cukup istimewa adalah Tumpek Landep yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali tepatnya pada setiap hari Saniscara Kliwon wuku Landep, yaitu hari ini. Secara umum untuk merayakannya, masyarakat Hindu menggelar kegiatan ritual yang khusus dipersembahkan untuk benda-benda dan teknologi, yang berkat jasanya telah mampu memberikan kemudahan bagi umat dalam mencapai tujuan hidup. Utamanya adalah benda-benda pusaka, semisal keris, tombak, sampai kendaraan bermotor, komputer, dan sebagainya.
Disamping hal tersebut, sesungguhnya hari suci Tumpek Landep merupakan Rerahinan Gumi dimana umat Hindu bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah memberikan kecerdasan, ketajaman pikiran serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia (Viveka dan Vinaya), sehingga mampu menciptakan berbagai benda yang dapat memudahkan hidup termasuk teknologi. Mesti disadari, dalam konteks ini kita bukanlah memuja benda-benda tersebut, tetapi memuja kebesaran Tuhan.
Setiap hari suci agama Hindu, sesungguhnya tak hanya rerahinan rutin yang harus dirayakan. Namun, didalamnya ada nilai filosofis yang penting untuk dimaknai dalam kehidupan sehari-hari. Tumpek Landep, misalnya, memiliki nilai filosofi agar kita selalu menajamkan pikiran. Setiap enam bulan sekali umat Hindu diingatkan untuk melakukan evaluasi apakah pikiran sudah selalu dijernihkan (disucikan) atau diasah agar tajam? Sebab, dengan pikiran yang jernih dan tajam, kita menjadi lebih cerdas, lebih jernih ketika harus melakukan analisis, lebih tepat menentukan keputusan dan sebagainya.
Lewat perayaan Tumpek Landep ini, kita diingatkan agar selalu menggunakan pikiran yang tajam sebagai tali kendali kehidupan. Misalnya, ketika umat memerlukan sarana untuk memudahkan hidup, seperti mobil, sepeda motor dan sebagainya, pikiran yang tajam itu mesti dijadikan kendali. Keinginan mesti mampu dikendalikan oleh pikiran. Dengan demikian keinginan memiliki benda-benda itu tidak berdasarkan atas nafsu serakah, gengsi, apalagi sampai menggunakan cara-cara yang tidak benar. Semua benda tersebut mestinya hanya difungsikan untuk menguatkan hidup, bukan sebaliknya, justru memberatkan hidup. Dulu, keris dan tombak serta senjata tajam lainnya lah yang digunakan sebagai sarana atau senjata untuk menegakkan kebenaran, kini sarana untuk memudahkan hidup dan menemukan kebenaran itu sudah beragam, seperti kendaraan, mesin dan sebagainya. Sehingga pada saat Tumpek Landep diupacarai dengan berbagai upakara seperti: sesayut jayeng perang dan sesayut pasupati, dengan maksud untuk memuja Tuhan, dan lebih mendekatkan konsep atau nilai filosofi yang terkandung dalam Tumpek Landep.
Landep = Lancip/Tajam
Kata Landep dalam Tumpek Landep memiliki makna lancip atau tajam. Sehingga secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut dulunya difungsikan sebagai senjata hidup untuk menegakkan kebenaran. Dalam Tumpek Landep benda-benda tersebut diupacarai. Kini, pengertian landep sudah mengalami pelebaran makna. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda yang terbuat dari besi atau baja yang dapat mempermudah hidup manusia, di antaranya sepeda motor, mobil, mesin, komputer, radio dan sebagainya.
Sementara secara konotatif, landep itu memiliki pengertian ketajaman pikiran. Pikiran manusia mesti selalu diasah agar mengalami ketajaman. Ilmu pengetahuanlah alat untuk menajamkan pikiran, sehingga umat mengalami kecerdasan dan mampu menciptakan teknologi. Dengan ilmu pengetahuan pulalah umat menjadi manusia yang lebih bijaksana dan mampu memanfaatkan teknologi itu secara benar atau tepat guna, demi kesejahteraan umat manusia. (Parisada Hindu Dharma Indonesia).
Show more...